Kamis, 18 Desember 2008

Ada Apa Dengan Polres Flores Timur?

Pertanyaan semacam itu sering muncul belakangan ini. Pertanyaan itu dipicu oleh lambannya penanganan perkara pembunuhan atas Yoakim Gresituli Ata Maran (Akim Maran). Bukan hanya masyarakat beradab di kampung Eputobi dan sekitarnya yang mengajukan pertanyaan semacam itu. Sejumlah pemerhati di beberapa kota di NTT pun mengajukan pertanyaan yang sama. Di antara mereka ada yang sangat khawatir kalau kasus kejahatan itu ditangani dengan cara yang tidak serius, akhirnya perkaranya pun menjadi gelap, lantas lenyap begitu saja.

Kekhawatiran semacam itu punya alasan yang jelas. Memang, sebelumnya sudah ada preseden, di mana orang dibilang mati karena kecelakaan lalulintas, padahal sepeda motor yang dikendarai korban tetap dalam keadaan utuh alias tidak mengalami kerusakan. Mana ada kecelakaan lalulintas yang melibatkan sepeda motor, tetapi sepeda motornya tetap dalam keadaan utuh? Sebelum kematian Akim Maran, ada kejadian yang semacam itu di Flores Timur. Nasib penanganan kasus dimaksud dan kasus Doni tidak jelas hingga kini. Sehingga kepercayaan masyarakat di Flores Timur terhadap keseriusan Polres Flores Timur dalam menangani kasus-kasus semacam itu kian meluntur.

Ketika kasus pembunuhan Akim Maran meletus, banyak orang sempat pesimis bahwa kasus kejahatan itu dapat diungkap oleh Polres Flores Timur. Apalagi sudah menjadi rahasia umum bahwa di situ pun bermain oknum-oknum polisi nakal. Tetapi setelah mengetahui bahwa pihak keluarga korban terus berusaha mengungkap kasus pembunuhan tersebut, dan terutama setelah empat tersangka pelakunya berhasil ditangkap dan ditahan di sel Polres Flores Timur, mereka yang tadinya pesimis menjadi optimis, bahwa kasus pembunuhan Akim Maran dapat diproses ke pengadilan, dan siapa pun pelakunya akan dihukum. Penangkapan Mikhael Torangama Kelen dkk pada Jumat 18 April 2008 itu merupakan hasil kerja tim penyidik Polda NTT.

Tetapi rasa khawatir dan pesimisme kembali menyergap mereka, setelah Mikhael Torangama Kelen, Yoakim Tolek Kumanireng, Yohanes Kusi Kumanireng alias Yoka Kumanireng, dan Laurens Dalu Kumanireng, akhirnya dikeluarkan dari sel Polres Flores Timur, konon demi hukum. Di kota Larantuka, sejumlah kalangan mengeluhkan cara kerja aparat kepolisian Polres Timur yang asal-asalan dan tidak jelas itu. "Masa perkara yang sudah begitu jelas, bisa jadi begini penanganannya?" Begitu keluh mereka.

Orang lantas bertanya, "Ada apa dengan Polres Flores Timur, sehingga perkara pembunuhan yang sudah jelas ujung pangkalnya itu ditangani dengan cara yang tidak jelas?" Jawaban atas pertanyaan ini jelas. Di sana masih bercokol beberapa oknum polisi nakal. Anda tentu masih ingat bahwa menjelang akhir September 2007 dan awal November 2007, ada upaya-upaya formal oleh oknum-oknum polisi tertentu di Polres Flores Timur untuk menutup-nutupi kasus pembunuhan tersebut. Namun upaya itu akhirnya gagal.

Kapolres Flores Timur AKBP Syamsul Huda punya tekad yang jelas. Beliau bertekad untuk membawa perkara pembunuhan Yoakim Gresituli Ata Maran ke pengadilan negeri Larantuka. Namun masih terdapat ganjalan di sana sini. Maka penanganan perkara pembunuhan tersebut pasca-16 Agustus 2008 cenderung berjalan di tempat. Tetapi tidak ada ceritera tentang penghentian pemrosesan perkara kejahatan tersebut, karena Aparat Kepolisian Negara Republik Indonesia tidak akan membiarkan kejahatan semacam itu tidak ditangani. Tidak ada ceritera bahwa Mikhael Torangama Kelen dan tiga anak kandung Lamber Liko Kumanireng telah dibebaskan dari tersangka pelaku pembunuhan atas Akim Maran. Isu pembebasan mereka itu dihembus-hembuskan oleh oknum-oknum polisi nakal itu. Selain empat orang Eputobi, yang sudah ditetapkan sebagai tersangka itu, masih terdapat beberapa orang lain yang akan diseret ke pengadilan.

Jalan yang ditempuh untuk menangani perkara pembunuhan Akim Maran memang berliku. Tetapi di ujung jalan yang berliku itu nanti anda akan jumpai keruntuhan kerajaan kejahatan yang dibangun oleh Mikhael Torangama Kelen dan anggota komplotannya. Dan oknum-oknum polisi yang nakal itu pun akan "gigit jari jemari mereka sendiri." ***