Minggu, 05 Desember 2010

Senjata itu akan memakan tuan-tuannya

 

Gencar sekali usaha para penjahat Eputobi untuk melarikan diri dari tanggung jawab hukum. Dalam rangka itu Mikhael Torangama Kelen dan anggota-anggota komplotannya mengandalkan dua kekuatan, yaitu uang dan ilmu hitam. Dengan uang mereka menyuap oknum-oknum aparat penegak hukum. Hasilnya, selama berbulan-bulan, laporan-laporan dari pihak keluarga korban tidak mendapat respons positif dari Polres Flores Timur. Uang itu pula yang membuat seorang oknum polisi berusaha mengatur pertemuan antara penyandang dana dari pihak pelaku pembunuhan terhadap Yoakim Gresituli Ata Maran dengan dua orang penyidik dari Polda NTT. Tetapi upaya itu berhasil digagalkan oleh dua penyidik tersebut.

Sejak diterjunkan ke Flores Timur untuk mengusut kasus pembunuhan yang dilakukan oleh Mikhael Torangama Kelen dan anggota-anggota komplotannya, dua penyidik dari Polda NTT itu mendapat perlawanan dari oknum-oknum polisi nakal yang telah berhasil digarap oleh pihak penjahat Eputobi. Pernah oknum-oknum polisi itu bekerja sama dengan para penjahat Eputobi untuk memantau pergerakan dua penyidik tersebut. Pendek kata, oknum-oknum polisi nakal itulah yang ikut membantu agar para pembunuh Yoakim Gresituli Ata Maran bisa lolos dari jerat hukum.

Selain mengandalkan uang, para penjahat Eputobi itu pun mengandalkan ilmu hitam. Sudah lama diketahui bahwa Mikhael Torangama Kelen dan Lambertus Lagawuyo Kumanireng adalah pemakai ilmu hitam. Selain mengandalkan ilmu hitam sendiri, mereka juga mengerahkan sejumlah pengguna ilmu hitam dari luar kawasan Lewoingu. Donatus Doni Kumanireng, misalnya, berbicara melalui telepon dengan seorang perempuan pengguna ilmu hitam di kota Maumere. Dia meminta agar si pengguna ilmu hitam itu mau membantu pihaknya. Pembicaraan itu terjadi ketika delapan orang dari kampung Eputobi sedang berada di rumah perempuan itu. Tujuan kedatangan mereka ke rumah itu adalah meminta bantuan untuk menutupi perkara pembunuhan yang mereka lakukan di Blou pada Senin malam 30 Juli 2007. Adik dari Donatus Doni Kumanireng, yaitu Don Kumanireng yang tinggal di Cianjur pun pernah menyatakan tekadnya untuk mencari dukun dari Banten.

Dukun dari Kawalelo dan dari tempat-tempat lain pun coba mereka kerahkan. Beberapa waktu lalu seorang dukun di Flores Timur bertanya kepada seseorang begini, “Bagaimana dengan kasus pembunuhan di Eputobi itu?” Setelah dijawab bahwa kasus pembunuhan tersebut sedang dalam proses penanganan oleh polisi, si dukun pun meneruskan ceriteranya dengan mengatakan bahwa tempo hari kepala desa Lewoingu (Mikhael Torangama Kelen) datang meminta bantuannya terkait dengan urusan pembunuhan tersebut.

Pertanyaan dan ceritera dukun itu pada dasarnya memperjelas apa yang dilakukan oleh Mikhael Torangama Kelen dan anggota-anggota komplotannya di Blou pada Senin malam 30 Juli 2007. Kalau bukan dia dan anggota-anggota komplotannya yang membunuh Yoakim Gresituli Ata Maran, untuk apa dia sendiri pun begitu sibuknya mencari bantuan dari dukun-dukun untuk menutupi apa yang terjadi di Blou.

Apa pun upaya mereka, kejahatan yang mereka lakukan secara berjamaah di Blou pada Senin malam 30 Juli 2007 itu sudah lama terbuka. Cepat atau lambat, uang yang selama ini mereka andalkan untuk menghambat proses hukum atas perkara pembunuhan tersebut tak akan berarti. Dan apa pun macam ilmu hitam yang selama ini mereka andalkan pun tak akan bisa menutupi kejahatan yang mereka lakukan. Cepat atau pun lambat senjata semacam itu akan memangsa satu per satu mereka yang selama ini mengandalkannya. Ya, senjata itu akan memakan tuan-tuannya. ***