Senin, 12 Januari 2009

Ketika Kebenaran dan Keadilan Tiba

Jika proses hukum atas kasus pembunuhan Yoakim Gresituli Ata Maran berjalan sebagaimana mestinya, maka dalam tahun 2009 ini juga kebenaran dan keadilan yang selama ini diperjuangkan dengan susah payah oleh berbagai komponen masyarakat beradab di kampung Eputobi dan sekitarnya akan terpancang di bumi Lewoingu di Flores Timur. Meskipun masih terdapat upaya-upaya untuk menutup rapat kasus kejahatan tersebut, proses hukum di tingkat penyidik mulai bergerak ke arah yang lebih jelas.

Kebenaran dari langit sudah mulai bersinar. Cahayanya mulai menerangi tabir kelam Senin malam 30 Juli 2007 di Blou dan sekitarnya. Fakta-fakta semakin jelas berbicara tentang kejahatan yang dilakukan oleh komplotan penjahat Eputobi pada malam itu. Siapa pun yang selama ini berusaha menutup-nutupi kasus kejahatan tersebut akan menemukan kesia-siaan. Mereka yang tempohari berpartisipasi dalam aksi unjukrasa untuk menuntut SP3 pun pada akhirnya akan gigit jari. Mereka yang selama ini ikut sibuk mengejar udang di balik batu pun akan ketemu batunya. Dan segala macam pesta pora yang selama ini mereka pertontonkan akan berubah menjadi pesta pora air mata berkepanjangan di rumah-rumah mereka sendiri. Mulut-mulut mereka yang selama ini berkata dusta akan terkancing rapat di hadapan kebenaran.

Kebenaran tak akan mengenal maaf kepada mereka yang selama ini menentangnya. Dalam lintasan waktu, seluruh ceritera tentang peristiwa kejahatan itu akan dipentaskan sesuai skenario kosmis, sesuai harapan yang selama ini tumbuh dan berkembang dalam sanubari masyarakat beradab di kampung Eputobi dan sekitarnya. Perjalanan waktu akan membawa mereka pada penemuan kebenaran dan keadilan itu. Mereka akan menyaksikan kehancuran musuh-musuh kebenaran.

Ketika kebenaran tiba dan secara nyata menampakkan diri, nasib para penjahat itu dengan sendirinya ditentukan. Keadilan akan menimpa mereka bagai palu besi besar yang berkali-kali menghantam kepala mereka sendiri. Keadilan akan membawa mereka ke tempat yang selama ini mereka hindari dengan segala macam cara. Di situ mereka akan meringkuk tak berdaya, tanpa mampu lagi menghitung sisa-sisa hari hidup mereka. Di situ mereka tak akan mampu lagi merangkai ceritera dusta. Dan tak ada tangan-tangan ajaib yang bakal menolong mereka, karena tangan-tangan ajaib itu pun akan remuk oleh kekekaran mereka sendiri.

Kebenaran akan menjadi cahaya yang menerangi rumah orang-orang yang benar. Keadilan akan berdiam di rumah mereka. Di situ kebaikan Tuhan dimuliakan. Di situ tak akan ada lagi air mata kesedihan. Karena, air mata kesedihan mereka telah menemukan tempatnya yang layak. Di situ akan tumbuh dan berkembang tawa ria.

Tangis pilu dan rintih pedih berkepanjangan akan terbit di sebelah timur. Dan di situ pula duka lara yang tak tertahankan akan terus membara. Siapakah yang akan peduli akan nasib mereka itu? ***