Sabtu, 18 April 2009

Ada Apa di Balik Dusta-dusta Itu?

 

Dusta rupanya masih menjadi metode yang diandalkan oleh orang seperti Donatus Doni Kumanireng guna menutupi perbuatan jahat yang dilakukan oleh Mikhael Torangama Kelen dan anggota-anggota komplotannya pada Senin malam, 30 Juli 2007 di Blou. Dari kata-kata yang sempat terucap dari mulut para pelaku di tempat kejadian perkara pada malam itu, kita bisa mengetahui bahwa dusta itu memang sudah dirancang sejak awal.

Pada malam kejadian  itu, ketika ditanya tentang apa yang sedang terjadi, para pelaku kejahatan itu dengan enteng menjawab bahwa terjadi kecelakaan lalu lintas. Kepada penanya mereka juga menjelaskan bahwa mereka mau ke pesta, tetapi terjadi kecelakaan lalu lintas. Padahal mereka yang ditanya itu sedang mengeroyok dan menganiaya Yoakim Gresituli Ata Maran.

Seandainya benar terjadi kecelakaan lalu lintas, korbannya mesti ditolong. Itulah etika yang berlaku di jalan raya. Apalagi di tempat kejadian perkara pada malam itu terdapat cukup banyak orang. Di situ terdapat juga lima sepeda motor. Dengan sarana transportasi yang ada, mereka bisa membawanya ke klinik terdekat, yaitu di Lewolaga. Tetapi di dalam kenyataan mereka tidak menolong korban yang bersangkutan. Soalnya jelas, di dalam kenyataan tidak terjadi kecelakaan lalu lintas di tempat kejadian perkara. Yang terjadi adalah aksi penghadangan, pengeroyokan serta penganiayaan oleh Mikhael Torangama Kelen dan anggota-anggota komplotannya terhadap Yoakim Gresituli Ata Maran. Pite Koten hadir di situ dan menyaksikan adegan jahat tersebut. Apakah Pite Koten masih sanggup menyangkali kesaksian awal yang dibuatnya sendiri dengan sukarela? Itu terserah dia. Yang jelas statusnya bukan sekedar saksi kunci, tetapi juga tersangka. Diadukan atau tidak diadukan dia ke pihak berwajib oleh pihaknya Donatus Doni Kumanireng, Pite Koten itu dengan sendirinya menjadi tersangka.

Sampai kapan pun pihak Donatus Doni Kumanireng tidak akan mengadukan Pite Koten ke pihak berwajib, karena pengaduan itu akan membuka jalan bagi pihak berwajib untuk menjerat pengadunya. Itulah sebabnya Pite Koten dijadikan sahabat dan saudara yang perlu dirawat dan dilindungi oleh para pelaku kejahatan tersebut. Di situ berlaku, “Sesama penjahat dilarang saling menyenggol.”

Lantas di mana Donatus Doni Kumanireng berada ketika Mikhael Torangama Kelen dan anggota-anggota komplotannya beraksi di Blou dan sekitarnya pada Senin malam, 30 Juli 2007 itu. Jawabannya, dia berada di Kupang. Apakah dia tidak tahu apa yang terjadi pada malam itu di Blou dan sekitarnya? Jawabannya, hanya Tuhan yang tahu. Mestinya, dia sendiri pun tahu jawabannya. Tetapi karena dia sudah lupa, maka dia sendiri tidak tahu lagi apa yang sesungguhnya terjadi di Blou dan sekitarnya pada malam itu.

Dari mana dia tahu bahwa kematian Yoakim Gresituli Ata Maran itu murni karena kecelakaan lalu lintas? Jawabannya, hanya Tuhan yang tahu. Mestinya, dia sendiri juga tahu apa jawabannya. Tetapi karena dia sudah lupa, maka dia pun tidak tahu lagi dari mana sumbernya. Yang jelas, di kemudian hari dia pun mengakui bahwa kematian Yoakim Gresituli Ata Maran itu akibat pembunuhan. Tetapi dia tidak mau secara jujur mengakui bahwa pelaku pembunuhan tersebut adalah Mikhael Torangama Kelen dan anggota-anggota komplotannya. Di kemudian hari dia  tampil sebagai corong yang secara sengit menyuarakan dusta demi dusta tentang peristiwa Blou.

Dusta paling anyar yang terucap dari mulutnya ialah tentang alasan penetapan Mikhael Torangama Kelen dkk sebagai tersangka dan tentang timbulnya blok-blok di kampung Eputobi itu. Penetapan dan penangkapan Mikhael Torangama Kelen, Yoakim Kumanireng, Yoka Kumanireng, dan Laurens Dalu Kumanireng itu bukan berdasarkan rekaman video dan tulisan. Pernyataannya di buku tamu  eputobi.net itu menunjukkan ketidaktahuan dia tentang proses hukum yang menyebabkan Mikhael Torangama Kelen dkk itu ditetapkan sebagai tersangka.

Selama ini Donatus Doni Kumanireng tidak terlibat sedikit pun dalam proses investigasi atas kasus kejahatan yang dilakukan oleh Mikhael Torangama Kelen dan anggota-anggota komplotannya. Pengetahuannya tentang kasus kejahatan tersebut berasal dari kalangan dia sendiri dan dari sumber-sumber lain yang tidak dapat diandalkan. Maka terjadilah penggelapan informasi-informasi, pemutarbalikkan fakta-fakta, termasuk pemutarbalikan fakta-fakta tentang sebab terjadinya perpecahan sosial budaya di kampung Eputobi itu. Perpecahan itu terjadi bukan berdasarkan asumsi bahwa Mikhael Torangama Kelen membunuh Yoakim Gresituli Ata Maran, tetapi berdasarkan dua fakta. Pertama, fakta terjadinya pengrusakan tatanan adat di Eputobi oleh segerombolan pengacau adat pada tahun 2006. Kedua. berdasarkan fakta bahwa Mikhael Torangama Kelen dan anggota-anggota komplotannya yang membunuh Yoakim Gresituli Ata Maran.

Jika Donatus Doni Kumanireng merasa diri benar, mengapa dia itu tidak berani datang ke Polres Flores Timur di Larantuka atau ke Polda NTT di Kupang untuk mempersoalkan kepada pihak Reskrim alasan penetapan Mikhael Torangama Kelen dan anggota-anggota komplotannya itu sebagai tersangka pembunuh Yoakim Gresituli Ata Maran.

Hingga kini Mikhael Torangama Kelen dkk itu tetap berstatus sebagai tersangka. Tim penyidik di Polres Flores Timur dan tim penyidik Polda NTT tidak mencari tersangka baru di luar komplotan penjahat yang dipimpin oleh Mikhael Torangama Kelen, orang yang anda sebut sebagai kades Lewoingu itu. Akan muncul para tersangka baru dari kelompok anda, bukan dari pihak lain.

Perkembangan penanganan perkara pembunuhan tersebut sudah jauh melampaui pengetahuan Donatus Doni Kumanireng. Muncul perkembangan-perkembangan baru yang memperjelas posisi Mikhael Torangama Kelen dan anggota-anggota komplotannya sebagai tersangka pelakunya. Polisi tidak melakukan salah tangkap terhadap Mikhael Torangama Kelen dan anggota-anggota komplotannya itu. Jika Donatus Doni Kumanireng merasa bahwa polisi melakukan salah tangkap, coba beranikan diri anda untuk menggugat polisi yang dianggap melakukan salah tangkap itu. Jangan anda hanya berkoar-koar menyebarkan dusta demi dusta yang membodohkan banyak orang. Proyek pembodohan yang anda garap selama ini tidak berarti bagi masyarakat beradab di kawasan Lewoingu dan sekitarnya. Mereka memiliki pengetahuan dan kecerdasan, sehingga mereka pun tidak mau dikadali atau dikibuli oleh pendusta-pendusta yang tidak tahu diri.

Kegigihan Donatus Doni Kumanireng dalam menyebarkan dusta demi dusta tentang kasus Blou dan tentang apa yang terjadi di kampung Eputobi menimbulkan pertanyaan, “Ada apa di balik dusta-dustanya itu?” Jawabannya, Tuhan dan masyarakat beradab di Eputobi tahu jawabannya. ***