Senin, 02 Januari 2012

Orang-orang yang dimangsa sumpah sendiri

 

Setelah melakukan pelanggaran adat dan penyerobotan batas tanah milik Ata Maran di kampung Eputobi pada 2006, sejumlah anggota suku Kumanireng dan para sekutu mereka sibuk menggelar acara Kepasak atau Sumpah. Pagelaran acara tersebut pun digencarkan setelah meletus peristiwa pembunuhan Yoakim Gresituli Ata Maran pada 2007. Dengan Kepasak, mereka berharap dapat menghabisi Ata Maran dan para sekutu dekatnya.

Setelah menghadiri salah satu acara Kepasak yang mereka gelar di Eputobi, seorang polisi dari Polres Flores Timur berkata, “Katanya banyak anggota keluarga Ata Maran meninggal.” Rupanya dari pihak pelaku Kepasak dia memperoleh informasi bahwa banyak anggota keluarga Ata Maran meninggal. Setelah isi informasi itu dibantah, polisi yang bersangkutan pun diam.

Sejak awal, banyak pemuka adat Lewoingu yang tahu makna Kepasak telah memprediksi ke arah mana meluncur dampak destruktif Kepasak yang dilakukan oleh Kumanireng dan sekutu-sekutunya itu. Maka mereka tidak merasa heran ketika terjadi kematian demi kematian di pihak pelaku Kepasak. Para pemuka adat Lewoingu tahu persis bahwa dasar Kepasak itu KEBENARAN. Tujuan Kepasak adalah mengungkap KEBENARAN yang coba disembunyikan oleh orang atau pihak tertentu. Jika engkau melakukan kesalahan atau kejahatan tetapi engkau berani menyumpahi orang lain untuk menutupi kesalahan atau kejahatanmu itu, maka engkau akan menuai akibat destruktifnya.

Setelah terjadi kematian demi kematian di pihak sendiri tanpa sebab-musabab yang jelas, pihak pelaku Kepasak akhirnya menggelar acara Seba’ Lirong  untuk mencari tahu sebab-musababnya. Dari Seba’ Lirong, mereka menemukan beberapa alasan dari masalah yang menimpa pihak mereka. Salah satu alasannya ialah karena Kepasak yang mereka gelar selama ini. Selain Kepasak, mereka juga menemukan kesalahan lain yang pernah mereka buat, yaitu melakukan Edeng (upacara penyembelihan binatang korban) di tanah milik Ata Maran. Dan masih ada beberapa alasan lain yang tak perlu saya tulis satu per satu di sini. Yang jelas, temuan-temuan lain itu pun mengacu pada kesalahan-kesalahan yang pernah mereka lakukan selama beberapa tahun terakhir.

Setelah mengetahui kesalahan-kesalahan sendiri, mereka menyediakan sejumlah hewan korban untuk diupacarakan dalam serangkaian acara yang dimaksud untuk mencegah berlanjutnya dampak destruktif bagi anggota-anggota mereka yang masih hidup. Apakah dengan itu mereka akan berhasil menangkal dampak destruktif lanjutan dari serangkaian Kepasak yang pernah mereka gelar dan dari pelanggaran-pelanggaran adat yang mereka lakukan selama ini? Jawaban atas pertanyaan ini sangat jelas, yaitu: Mereka gagal dan akan terus gagal untuk menghentikan dampak destruktif dari perbuatan-perbuatan mereka itu. Mengapa? Karena upaya mereka itu tidak memenuhi syarat-syarat pokok untuk mencapai standar keberhasilan menurut adat Lewoingu. ***