Sabtu, 21 Agustus 2010

Ke mana raibnya sendal milik korban tragedi Blou?

 

Ketika dihadang lalu dikeroyok hingga meninggal oleh Mikhael Torangama Kelen dan anggota-anggota komplotannya, Yoakim Gresituli mengenakan celana jean dan kaos berwarna biru. Kakinya mengenakan sendal merk OMEGA warna hitam. Ketika ditemukan dalam keadaan tak bernyawa di dalam parit di pinggir jalan raya di Blou, sendalnya itu tidak kelihatan. Hingga kini sendal itu raib. Sudah dilakukan upaya-upaya untuk mencari sendal itu. Tetapi hasilnya nihil.

Mungkinkah sendal itu menghilang sendiri? Itu jelas mustahil terjadi. Mana ada sendal yang bisa melenyapkan diri sendiri dari kaki orang yang memakainya. Raibnya sendal milik korban adalah akibat ulah tangan dan kaki salah seorang pelaku yang hingga kini belum ditetapkan sebagai tersangka. Dia adalah orang yang belakangan ini mengalami goncangan batin hebat. Dia adalah orang yang akhir-akhir ini semakin merasa tidak tenang, karena berbagai upayanya untuk menutup keterlibatannya dalam peristiwa pembunuhan terhadap Yoakim Gresituli Ata Maran semakin tidak mempan.

Dia adalah orang yang pada malam kejadian perkara, yaitu pada Senin malam 30 Juli 2007 mencomot sendal milik korban pembunuhan tersebut lalu membawanya ke Eputobi. Pada Selasa pagi 31 Juli 2007, si penjahat yang bertubuh kurus itu sempat mengenakan sendal tersebut. Setelah mendengar suara-suara yang berbicara tentang raibnya sendal korban, si penjahat yang satu itu pun membuangnya agar jejak kejahatan yang dilakukannya bersama Mikhael Torangama Kelen dkk tidak terendus.

Dia adalah orang yang pada Kamis pagi 2 Agustus 2007 terlihat panik. Pagi hari itu dia terlibat pembicaraan dengan Mikhael Torangama Kelen dan Laurensius Kweng dalam suasana panik. Pembicaraan mereka terjadi di halaman di antara dapur dan rumahnya.

Dia adalah orang yang pada hari Minggu 5 Agustus 2007 sekitarnya pukul 15.00 waktu setempat bersama Lamber Kelen, Anton Emar, Yosef Lubur pergi ke Lewookineng alias Kampung Lama untuk menutup tempat untuk menyimpan barang pusaka tertentu yang mereka buka pada hari Minggu 29 Juli 2007.

Di kampung Eputobi dia terkenal sebagai salah seorang pengguna ilmu hitam, yang selama ini menyusahkan banyak orang. Masyarakat setempat mengenalnya sebagai seorang suanggi yang gemar meniupkan angin hitan kepada orang-orang yang tidak disukainya, termasuk kepada beberapa tetangganynya yang sekubu dengannya. Sebagai pengguna ilmu hitam alias suanggi, dia terkenal sebagai “Si Anjing Hitam” yang punya kebiasaan melakukan ronda pada malam hari. Sebagai seorang pengguna ilmu hitam, dia sibuk mengerahkan segala macam kekuatan magis untuk menutup kasus pembunuhan yang dia dan teman-temannya lakukan di Blou pada Senin malam 30 Juli 2007. Untuk tujuan tersebut dia pun mengerahkan para pengguna ilmu hitam dari luar kawasan Lewoingu.

Tetapi segala macam upayanya itu sia-sia. Berbagai kekuatan magisnya mulai melempen dan tak dapat diandalkan lagi. Dan sentuhan magisnya tak lagi berdayaguna. Maka tak mengherankan bila belakangan ini dia menjadi orang yang paling tidak tenang di antara anggota-anggota komplotan penjahat Eputobi yang dipimpin oleh Mikhael Torangama Kelen.

Aliran waktu akan menggiring dia ke persoalan yang lebih besar bagi dirinya. Pada waktu itu nanti segala macam kecongkakannya seperti yang diperlihatkannya selama ini tak akan lagi tampak. Dan banyak orang akan menertawakannya seraya berpekik sorak? ***