Sabtu, 16 April 2011

Curhat dari kubu timur

Ketika mempersiapkan diri untuk menghadapi pekan suci, saya memperoleh sebuah kabar dari kampung Eputobi, Flores Timur. Tentang apa? Tentang perubahan sikap dari beberapa orang dari kubu timur, kubu para penjahat Eputobi. Jika selama ini mereka ikut berjuang untuk membela Mikhael Torangama Kelen dan Lambertus Lagawuyo Kumanireng dan perbuatan sangat keji yang mereka lakukan di Blou, belakangan ini mereka mulai menyadari bahwa mereka sebenarnya telah terjebak dalam skenario kriminal yang dirancang oleh kedua gembong penjahat Eputobi itu. Salah seorang dari mereka secara jelas menyebut nama kedua orang tersebut sebagai penyebab utama terjadinya kasus-kasus besar di Eputobi dalam beberapa tahun terakhir. Hal itu dia ungkapkan dalam suatu momen pertemuan dengan salah satu tokoh dari kubu barat di kampung Eputobi beberapa waktu lalu. Ceriteranya, kepada tokoh dari kubu barat itu dia curhat. Dalam kesempatan itu mereka berbicara tentang perkara pembunuhan terhadap Yoakim Gresituli Ata Maran dan kasus korupsi yang dilakukan oleh Mikhael Torangama Kelen.

Isi curhatnya menunjukkan bahwa perjuangan mereka dalam membela posisi Mikhael Torangama Kelen dilakukan secara membabi-buta. Selama ini pihaknya beranggapan bahwa Mikhael Torangama Kelen dan Lambertus Lagawuyo Kumanireng bukan pelaku korupsi, juga bukan pelaku pembunuhan terhadap Yoakim Gresituli Ata Maran. Pihaknya mengira bahwa tuduhan terhadap Mikhael Torangama Kelen dan Lambertus Lagawuyo Kumanireng itu palsu. Tetapi seiring berjalannya waktu, pihaknya pun mulai bisa menilai siapa yang benar, siapa yang salah.

Bukan baru kali itu, pernyataan semacam itu muncul dari kubu timur. Jauh sebelumnya, salah satu tokoh penting dari kubu tersebut secara jelas mengatakan bahwa “Yang mengacaukan kampung Eputobi itu bukan Yoakim Gresituli Ata Maran, tetapi Mikhael Torangama Kelen dan Lambertus Lagawuyo Kumanireng.” Cap bahwa Yoakim Gresituli Ata Maran itu pengacau kampung Eputobi dibuat semata-mata karena Yoakim Gresituli Ata Maran dan rekan-rekan seperjuangannya melancarkan gerakan antikorupsi di kampung Eputobi. Gerakan tersebut secara langsung melawan korupsi yang dipelopori oleh Mikhael Torangama Kelen dalam periode pertama masa jabatannya sebagai kepala desa Lewoingu.

Karena gerakan antikorupsi itu dipandang sebagai suatu kekuatan real yang dapat menghentikan langkah Mikhael Torangama Kelen menuju priode kedua masa pemerintahannya, maka segala cara pun ditempuh untuk memberangusnya. Untuk itu serangkaian pertemuan digelar. Mulanya, tiga nama, yaitu Yoakim Gresituli Ata Maran, Yose Kehuler, dan Sis Tukan dijadikan target operasi kriminal mereka. Kemudian nama Pius Koten dan Dere Hayon pun ikut dijadikan target.

Pada awal April 2007, Lambertus Lagawuyo Kumanireng mulai bergerak mencari orang-orang yang bisa menghabisi Yoakim Gresituli Ata Maran, Yose Kehuler, dan Sis Tukan. Dua orang Eputobi sempat dia dekati. Kepada mereka dia menawarkan pekerjaan jahat yang berimbalkan uang. Tetapi mereka dengan tegas menolak tawarannya.

Karena gagal menemukan orang-orang yang mau dibayar untuk melaksanakan perbuatan jahat yang mereka inginkan, Mikhael Torangama Kelen dan Lambertus Lagawuyo Kumanireng akhirnya memutuskan untuk merekrut tiga anak Lambertus Liko Kumanireng untuk dijadikan pelaku utama dalam pembunuhan terhadap Yoakim Gresituli Ata Maran. Selain itu mereka juga berhasil merekrut Petrus Naya Koten untuk menjadi umpan yang bisa menggiring Yoakim Gresituli Ata Maran ke arena pembantaian yang telah mereka persiapkan di Blou. Perekrutan Petrus Naya Koten itu terjadi hanya beberapa hari sebelum hari Senin 30 Juli 2007.

Bahwa tikungan di Blou yang 70 meter di sebelah utaranya terletak sebuah pondok itu dipersiapkan untuk dijadikan tempat pembunuhan Yoakim Gresituli Ata Maran, itu tampak pS malam sebelum kejadian perkara. Pada malam itu, sepeda motor GL berwarna hitam yang selama itu dipakai oleh Yoka Kumanireng tampak diparkir di pinggir jalan di tikungan itu, sementara dua orang berkulit hitam sedang duduk di deker. Pada malam kejadian perkara, Yoka Kumanireng bersama beberapa pria berdiri di pinggir jalan di tempat kejadian perkara. Ketika kepergok berada di situ, Yoka Kumanireng tidak mengenakan baju. Dia hanya mengenakan celana panjang. Sosoknya jelas kelihatan, karena tertangkap sorot lampu sebuah sepeda motor yang melintas di situ.

Ya, bersama Mikhael Torangama Kelen dan Lambertus Lagawuyo Kumanireng, tiga orang anak kandung Lamber Liko Kumanireng menjadi pelaku utama pembunuhan terhadap Yoakim Gresituli Ata Maran. Untuk membebaskan ketiga anaknya dari jerat hukum, Lamber Liko Kumanireng sibuk mencari uang hingga ke Lato. Tetapi hingga kini, ketiga anaknya itu tetap berstatus sebagai tersangka bersama Mikhael Torangama Kelen.

Di Kupang beberapa waktu lalu, salah seorang anaknya yang terlibat aksi kriminal di Blou mendapat suatu pelajaran cukup berharga. Tetapi seperti halnya kedua kakaknya, dia pun tetap menyangkali perbuatan jahat yang mereka lakukan di Blou. Penyangkalan pun terus dilakukan oleh Mikhael Torangama Kelen dan Lambertus Lagawuyo Kumanireng. Tetapi waktu semakin menunjukkan kemampuannya untuk membuka kebenaran yang selama ini coba mereka ingkari. Makin banyak orang dari kubu timur di kampung Eputobi yang mulai menyadari bahwa mereka terjebak dalam permainan kriminal yang dirancang oleh Mikhael Torangama Kelen dan Lambertus Lagawuyo Kumanireng.

Ya, belum terlambat bagi mereka untuk bergabung dalam barisan para pejuang kebenaran dan keadilan di kampung Eputobi, Lewoingu, Flores Timur. ***