Sabtu, 14 Maret 2009

Jalan Berujung

 

Tidak ada jalan yang tidak berujung. Setiap jalan ada ujungnya. Manusia terus mengada. Keberadaannya bersifat abadi. Tetapi jalan hidupnya akan berujung.

Bagi manusia religius, jalan hidupnya akan berujung pada kesempurnaan abadi di sorga. Hidupnya di dunia merupakan suatu ziarah. Manusia adalah viator mundi. Ujung kehidupannya di dunia adalah kematian, yang sekaligus merupakan transisi bagi dia untuk memulai hidup baru di luar dimensi ruang dan waktu. Dan sorga menjadi ujung terjauh dari seluruh perjalanan ziarahnya yang dimulainya di dunia ini. Pada saat kematian ruang dan waktu tergulung dan disingkirkan ke belakang. Bersamaan dengan itu tubuh jasmaninya yang kasar ditinggalkannya di dunia fana ini. Dengan tubuhnya yang halus dia dilahirkan ke alam baka. Di situ dia mengalami kehadirannya yang utuh dan sempurna. Dia menjadi yang sempurna. Dan yang sempurna itu tidak lagi membutuhkan proses dan aktivitas untuk tumbuh dan berkembang.

Kesempurnaan abadi adalah tujuan tertinggi hidup homo religiosus alias  manusia religius. Dan ini hanya mungkin terjadi jika dia berjumpa dengan Tuhannya secara permanen.

Selagi masih hidup di dunia, manusia membutuhkan jalan untuk menumbuh-kembangkan hidupnya. Dia menentukan tujuan-tujuannya. Lalu ia menempuh jalan untuk mencapai tujuannya. Tidak hanya satu jalan yang ditempuhnya. Baginya, banyak jalan menuju Roma. Bahkan bagi sebagian manusia, segala jalan pun ditempuh, yang penting tujuan pribadinya tercapai. Maka terjadilah penghalalan segala macam cara demi pencapaian tujuan. Maka kejahatan pun dijadikan jalan, misalnya untuk tujuan politis dan ekonomis. Maka penipuan, korupsi, pembunuhan, dan pemerkosaan pun terjadi. Jalan semacam ini ditempuh oleh orang-orang jahat.

Tapi si jahat lupa bahwa jalan mana pun yang dia tempuh ada ujungnya. Jalan kejahatan akan berujung pada penghakiman dan penghukuman. Meskipun coba ditutup-tutupi dengan sekuat tenaga, kejahatan itu akhirnya terkuak juga. Apalagi yang coba ditutupi itu kejahatan yang jelas ujung pangkalnya. Bagaimana mungkin si jahat dapat menutup-nutupi suatu kejahatannya yang sejak awal sudah terbuka? Ujung dari petualangan setiap penjahat adalah penghakiman dan penghukuman baik di dunia maupun di akhirat.

Penghakiman dan penghukuman pertama terjadi dalam diri si jahat sendiri berdasarkan hukum moral yang bersumber dari suara hatinya. Penghakiman dan penghukuman kedua  terjadi dalam masyarakatnya berdasarkan norma sosial. Penghakiman dan penghukuman ketiga terjadi berdasarkan hukum positif yang diberlakukan oleh negaranya. Penghakiman dan penghukuman keempat terjadi berdasarkan hukum ilahi.

Berbeda dengan si jahat, si baik menempuh jalan yang baik untuk mencapai tujuannya yang baik. Justru karena tujuannya itu baik, maka jalan yang ditempuhnya pun haruslah baik. Sehingga tercapai apa yang baik itu. Mustahil terjadi, bahwa tujuan yang baik dapat dicapai melalui jalan kejahatan.

Ujung jalan si baik bukanlah penghakiman dan penghukuman, melainkan pemahkotaan dengan kebahagiaan dan damai sejahtera baik di dunia maupun di akhirat. ***