Kamis, 22 Oktober 2009

Di Sukutukang, Flores Timur, beberapa praktisi black magic mengakui dosa-dosa mereka

 

Hampir tiga bulan sudah rumah seorang gadis di Sukutukang sering dikunjungi tamu dari berbagai kalangan. Ada yang datang ke situ untuk memohon kesembuhan dari penyakit atau sakit yang sedang diderita, ada yang memohon agar bisa memiliki keturunan (anak), dll. Pendek kata, mereka yang datang ke situ punya tujuan masing-masing. Dari Eputobi pernah datang sepasang merpati yang sedang dilanda kebingungan.

Pernah mampir pula ke rumah gadis itu beberapa orang Sukutukang, yang selama ini terkenal sebagai pengguna black magic, ilmu hitam. Untuk apa mereka datang ke situ, hanya mereka sendiri yang tahu. Yang jelas ketika berada di rumah gadis itu, segala macam kartu rahasia yang selama ini mereka mainkan terbuka satu per satu, bukan oleh orang lain tetapi oleh mulut mereka sendiri. Di hadapan gadis itu, segala macam kekuatan black magic yang selama ini mereka gunakan sebagai senjata pemusnah orang-orang yang tidak mereka sukai menjadi tidak berarti apa-apa. Dan dari mulut mereka masing-masing meluncur pengakuan tentang aksi-aksi jahat yang pernah mereka lakukan. Di antara mereka yang mengaku dosa itu terdapat seseorang yang pernah dimintai bantuannya oleh salah seorang tersangka pembunuh Yoakim Gresituli Ata Maran.

Kejadian semacam itu menjadi bahan pembicaraan hangat baik di Sukutukang maupun di kampung-kampung sekitarnya. Orang-orang yang mengetahui kejadian itu mengakui bahwa tak ada satu pun praktisi black magic di Sukutukang dan sekitarnya yang mampu menandingi “ilmu” yang dimiliki oleh gadis itu. Kehadirannya menimbulkan kengerian tersendiri bagi orang-orang yang mengandalkan kuasa gelap sebagai kekuatan hidup mereka masing-masing.

Kengerian itu pernah dirasakan sendiri oleh sepasang merpati dari kampung Eputobi. Tetapi belum ada informasi tentang apa reaksi mereka setelah mereka sendiri mengalami resistensi yang sangat kuat dari suatu kekuatan yang jauh lebih tinggi di suatu rumah di Sukutukang itu. Mestinya kejadian itu bisa menjadi pemicu kesadaran pada diri mereka untuk segera mengakui kesalahan besar, yang sudah menjadi rahasia umum itu. Karena sudah menjadi rahasia umum, maka di Eputobi pun sempat timbul omongan tentang para pelaku pembunuhan tersebut begini, “Kalian mau mengaku dosa atau tidak mau mengaku dosa, kami sudah tahu dosa kalian.”

Sia-sia kalian berusaha untuk menutup-nutupi perbuatan sangat keji yang kalian lakukan di Blou pada Senin malam, 30 Juli 2007 itu. Dan sia-sia pula segala macam kuasa gelap yang selama ini kalian andalkan itu. ***