Sabtu, 31 Oktober 2009

Sepak terjang si cincin permata biru

 

Si cincin permata biru. Itulah julukannya. Cincin permata biru yang menghiasi jari manisnya itulah, yang membuat dia dijuluki demikian. Dengan cincinnya itu, dia tampil penuh gaya. Dengan stelan hitam-hitam dia sering membaluti bodinya yang terbilang ceking. Kalau sudah begitu, tampilannya tampak seram, meski senyum pun sering tersungging di bibirnya.

Jika tampilannya saja sudah seram, apalagi sepak terjangnya. Kala siang dia menggunakan kedua kakinya untuk berjalan, kala malam dia menggunakan sayap-sayapnya untuk terbang seraya menaburkan benih-benih hitam di seluruh pelosok kampungnya. Dia adalah burung malam yang tiada henti memburu mangsa yang sedang terlelap. Terkadang dia pun bisa menyalak dan menggonggong seperti anjing. Seperti anjing pemburu, kaki-kakinya tiada henti berlari mengejar mangsanya. Tak lupa taring-taringnya pun kerap dipamerkan.

Suatu malam setelah berputar-putar keliling kampung, dia mendarat sejenak pada ranting pohon asam. Dari situ dia memandang ke utara, ke selatan, ke timur, dan ke barat. Tapi tak ada satu pun yang dapat dilihatnya. Ketika memandang ke bawah, dia melihat banyak kucing dan anjing yang sedang menanti kejatuhannya dari pohon asam itu. Maka dikuatkanlah hatinya untuk bertahan di ranting pohon itu. Dia lalu coba menghitung berapa jumlah kucing dan anjing yang sedang menantinya di bawah sana. Tapi dia tak sanggup menghitungnya hingga tuntas. Tiba-tiba dia sadar bahwa mereka yang di bawah sana itu adalah jelmaan para korban dari keganasan sepak terjangnya selama ini. Wah…., ternyata sudah banyak juga korbanku. Begitu katanya dalam hati. 

Ternyata banyak sudah jatuh korban akibat sepak terjangnya. Kata orang-orang sekampung, dia sudah menyusahkan banyak orang. Jika sepak terjang si cincin permata biru itu tidak dihentikan, maka lebih banyak orang lagi bakal disusahkannya juga. Soalnya, si cincin permata biru kian tak mengenal ampun. Di rumah tetangganya dia menimbun banyak barang legam. Anak seorang saudaranya dihajarnya juga. Belakangan ini dia pun sibuk melakukan operasi untuk mengganyang seorang gadis yang dibencinya. Padahal tak ada salah gadis itu padanya.

Tapi kini, rahasia kekuatannya mulai terkuak satu per satu. Dan banyak orang mulai merasa yakin, bahwa kaki-kakinya akan remuk, dan sayap-sayapnya pun akan patah. Bahkan tak akan ada belulang yang tersisa pada raganya. Dia tak akan sanggup melawan derasnya aliran waktu. ***