Sabtu, 20 Februari 2010

Pondok mungil di depan sebuah rumah

 

Entah sejak kapan pondok mungil itu berdiri di situ, di depan sebuah rumah di suatu kampung di suatu pulau. Kehadirannya di situ tidak menyolok. Yang jelas setiap hari si empunya rumah wajib menyembah sujud di hadapannya. Begitu pula para tetangganya yang sealiran. Mereka yang tahu tentang arti keberadaan si pondok mungil dengan setia bersujud di hadapannya. Ke pondok mungil itu pula mereka dengan setia membawa persembahan. Itu sudah menjadi kegiatan rutin yang mereka lakukan selama beberapa tahun terakhir.

Tanpa bersembah sujud di hadapan si pondok mungil, hidup si empunya rumah dan rekan-rekannya sering dilanda rasa takut. Selama ini rasa takut menghantui mereka dari detik ke detik akibat kenekadan mereka untuk menumpahkan darah orang yang tidak bersalah, lantas menyimpan bangkai kejahatan itu di dalam hati mereka masing-masing. Padahal bangkai yang coba mereka sembunyikan sudah lama diketahui oleh masyarakat setempat. Bau busuknya sudah lama menyebar ke setiap penjuru mata angin. Menyembunyikan bangkai busuk merupakan pekerjaan sia-sia. Tetapi mereka mengira bahwa barang busuk itu dapat mereka sembunyikan dengan rapih.

Guna menyembunyikan barang busuk itu, segala cara, termasuk berkolaborasi dengan para iblis dari berbagai daerah, coba mereka tempuh. Banyak iblis mereka impor. Di kampung itu iblis-iblis imporan diberi tempat terhormat dan disembah. Untuk itulah pondok mungil tersebut di atas dibangun. Perintah pembangunan pondok mungil itu berasal dari seorang penyembah iblis dari kabupaten tetangga. Kepada penyembah iblis yang satu ini mereka pernah berguru. Maka perintahnya pun langsung dituruti. Padahal si empunya rumah adalah orang yang di masa lalu pernah tampil sebagai pengkotbah di gereja. Di rumahnya, doa-doa pernah sering dipanjatkan. Bahkan di rumah itu pernah berkumpul orang-orang yang mengadakan doa novena untuk menutupi suatu kejahatan besar. Di rumah itu pun misa untuk suatu perayaan khusus pernah diselenggarakan. Tentang itu, seorang tetangganya pernah berkomentar, “Di situ bisa terbentuk suatu paroki baru.” Sementara itu yang lain bertanya, “Apakah doa para penumpah darah, penipu, dan para penyembah iblis itu dikabulkan oleh Tuhan?”

Jawaban atas pertanyaan tersebut jelas. Doa orang-orang semacam itu tidak dikabulkan oleh Tuhan, Allah, Pencipta langit dan bumi yang kita kenal melalui Yesus Kristus. Iblis adalah musuh Tuhan. Dan tidak mungkin Kristus bersepakat dengan iblis. Siapa yang menyembah iblis dia melawan Kristus, dia menjadi musuh Tuhan. Maka jelas pula bahwa doa para penyembah iblis, para penumpah darah, dan para penipu itu tidak diterima oleh Tuhan.

Pondok mungil yang terletak persis di depan rumah itu dibangun sebagai tempat bagi mereka untuk menyembah iblis. Dari situ si iblis berjalan keliling kampung itu seperti singa yang mengaum-ngaum dan mencari orang-orang yang dapat ditelannya. Dan banyak orang di kampung itu pun berhasil digentarkannya.

Tetapi orang-orang yang percaya pada Tuhan tak perlu gentar menghadapinya. Mari, lawanlah dia, lawanlah si iblis itu dengan iman yang teguh. ***