Selasa, 23 Maret 2010

Terdamparnya seorang gadis desa di sarang mafia

 

Lantaran mengikuti suatu panggilan, seorang gadis desa akhirnya terdampar di sarang mafia di suatu kota kecil. Padahal dia telah menempuh jalan yang seharusnya dia tempuh pada hari itu. Tetapi jalan itu kemudian membawanya ke suatu ruangan. Di situ dia berhadapan dengan empat belas orang lelaki gagah plus seorang wanita perkasa. Untung dia gadis pemberani, sehingga tak ada rasa kecut sedikit pun timbul dalam dirinya.

Di situ dia diberondong dengan pertanyaan-pertanyaan yang sengaja dilontarkan untuk memojokkan posisinya sebagai pencari kebenaran dan keadilan. Di situ suara-suara para lelaki itu bersahut-sahutan memukul gendang telinganya. Di situ dia diancam dengan tindakan hukum melalui suara si wanita yang terdengar lebih halus tapi nyelekit. Di situ seorang lelaki gendut sempat menggertak, “Untung kau ini perempuan. Kalau kau laki-laki ………” Setelah meluncurkan kata-kata itu si gendut langsung keluar, lalu pergi entah ke mana. Lantas yang wanita pun sempat bertanya, kenalkah kau dengan……..? Kepada si wanita, si gadis desa itu menjawab bahwa dia mengenal orang dimaksud. Kepada si gadis, si wanita perkasa itu berpesan, “Bilang kepada dia bahwa kami sudah mengetahui alamatnya.” Dalam hati, si gadis lantas menyeletuk, “Kalau sudah tahu alamatnya, lalu kau mau buat apa?”

Untung si gadis desa itu bernyali kuat sehingga sanggup menepis semua terpaan tekanan itu dengan tenang. Padahal tak terbilang jumlah tembakan kata-kata dan nada intimidasi yang diarahkan kepadanya. Ketenangannya membuat orang-orang yang berhadapan dengannya kelabakan sendiri. Meskipun di antara mereka ada yang sempat kebakaran jenggot, tetapi ketenangannya dapat memadamkan api amarah yang mulai tersulut dalam hati beberapa orang yang berada di ruangan yang dekil itu.

Di ruangan dekil itu gadis desa itu coba dijerat oleh orang-orang yang telah lama berjalan menyimpang dari tugas dan panggilan mereka sebagai manusia. Tetapi ketenangan menjadi kekuatan gadis desa itu untuk meloloskan diri dari jerat-jerat yang mereka pasang. Dengan tenang dia meninggalkan ruang dekil itu, meninggalkan orang-orang yang tak tahu lagi untuk apa mereka dilahirkan sebagai manusia di dunia ini. Dan dia pun tak mau menoleh ke arah ruangan yang nyaris menjeratnya itu.

Di luar ruangan dekil itu, sinar matahari tampak cerah. Dan gadis desa itu tahu persis ke arah mana dia harus melangkahkan kakinya selanjutnya. Langkah-langkah kakinya membawa dia kembali ke desanya. Di sana dia menemukan bahwa kebenaran adalah kekuatan yang tak terkalahkan. Kebenaran itulah yang menjadi sumber ketenangannya dalam menghadapi tantangan seperti yang baru saja dihadapinya di suatu ruangan di mana para mafia di kota itu nyaris berhasil menjeratnya.

Sejak hari itu dia terus berusaha berjalan dalam terang kebenaran. ***