Minggu, 03 Januari 2010

Suara Roh Kebenaran Lewoingu

 

Pada bulan kesebelas tahun 2009 seorang tersangka pelaku tragedi Blou mengaku merasa malu. Ungkapan rasa malu yang disampaikan di suatu forum itu kontan mengundang komentar: “Kok punya rasa malu juga? Ke mana rasa malumu selama ini kau buang? Masa’ setelah dua tahun lebih dari Senin malam 30 Juli 2007 baru kau merasa malu?”

Mungkin karena didera rasa malu maka belakangan ini dia dan rekan-rekan seperjuangannya lebih banyak diam. Apalagi suatu kejadian di Heras beberapa waktu lalu nyaris menggagahinya. Belakangan ini mereka lebih banyak diam. Mungkin mereka sedang merenungkan nasib perjalanan mereka di tahun 2010. Hanya satu dua orang dari mereka yang tampak sibuk mondar mandir seperti gasing. Dengan sisa-sisa kekuatan yang ada, mereka masih coba mengadu nasib seraya mengharapkan bala bantuan dari pihak-pihak eksternal yang dianggap punya kemampuan lebih.

Setelah gagal memperoleh dukungan real dari berbagai pihak terkait, kini mereka menyadari bahwa posisi mereka sebenarnya berada di bawah angin. Di antara pendukungnya ada yang menyatakan rasa kecewa, setelah mereka sendiri menyadari bahwa selama ini mereka sebenarnya hanya diperalat untuk menutupi kejahatan yang dilakukan oleh para tersangka pembunuh orang yang tak bersalah itu. Selama ini mereka merasa terlanjur terseret arus kebohongan yang diproduksi oleh pihak tersangka.

Waktu telah memunculkan beberapa kejadian yang berhasil membuka kesadaran mereka tentang pihak mana yang benar dan mana yang salah. Para sepuh Lewoingu yang tahu arti sejarah Lewoingu dan arti Lewotana sudah membaca tanda-tanda alam yang secara jelas menunjukkan pihak mana yang benar dan pihak mana salah. Sejarah Lewoingu dan Lewotana bisa dimanipulasi oleh para tukang tipu. Tetapi sejarah Lewoingu dan Lewotana selalu berpihak pada kebenaran. Pada akhirnya sejarah dan Lewotana akan mengungkap sendiri secara lebih jelas pihak mana yang benar dan pihak mana yang salah.

Seseorang yang terbilang masih muda, yang bisa membaca tanda-tanda alam dan tanda-tanda Lewotana, beberapa waktu lalu berkata, “Urusan politik itu urusan orang-orang pintar yang bisa memutarbalikkan segala sesuatu sesuai dengan kepentingan mereka masing-masing. Tetapi urusan Lewotana itu urusan kebenaran yang tak bisa diputarbalikkan oleh orang pintar mana pun. Apalagi urusannya menyangkut darah dan nyawa orang. Maka saya pun tak mau diajak untuk ikut membela yang salah.”

Apa yang dia suarakan beberapa waktu lalu itu berasal dari suara roh kebenaran Lewoingu. Roh kebenaran itulah yang memberanikan dia dan banyak orang lain di Eputobi untuk berpihak pada kebenaran. Mereka tidak tergoda oleh segala macam bujuk rayu suara-suara yang mengajak mereka untuk membela kejahatan yang dilakukan oleh komplotan penjahat Eputobi itu. ***