Kamis, 29 Juli 2010

29 Juli tiga tahun yang lalu

 

Tanggal 29 Juli tiga tahun yang lalu jatuh pada hari Minggu. Pada hari itu Mikhael Torangama Kelen dan anggota-anggota komplotannya yang telah merencanakan pembunuhan terhadap Yoakim Gresituli Ata Maran melakukan persiapan akhir. Acara persiapan akhir itu mereka gelar di kampung lama yang berjarak sekitar satu kilometer di sebelah utara kampung Eputobi.

Mengapa kampung lama (Lewookineng) dipilih sebagai tempat persiapan akhir untuk suatu aksi kejahatan berjamaah? Jawabannya, tempat itu dipilih sebagai salah satu bentuk kamuflase. Untuk kepentingan kamuflase itu mereka menyalahgunakan fungsi Ling Pati, rumah induk suku Ata Maran. Selain itu mereka juga menyalahgunakan Koke Bale Lewowerang dan beberapa barang pusaka yang ditempatkan di sana. Untuk kepentingan kamuflase itu pula, mereka berpura-pura meminta restu dari Lewotana, padahal yang mereka butuhkan adalah restu dari iblis dan roh-roh jahat.

Apa yang mereka lakukan di kampung lama pada hari itu tidak memiliki preseden dalam sejarah Lewoingu maupun dalam sejarah kampung Eputobi. Menurut tradisi adat Lewoingu, pada waktu itu kampung lama dalam keadaan tertutup dalam artian tertutup bagi pelaksanaan seremoni di Koke Bale. Yang mereka lakukan pada hari itu merupakan rangkaian dari upaya mereka untuk merusak tatanan adat Lewoingu. Perbuatan semacam itu hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang tidak tahu diri, dalam artian tidak tahu sejarah Lewoingu dan segala kebenaran yang terkandung di dalamnya.

Untuk mensukseskan acara di kampung lama itu, seorang pensiunan guru (seorang pns) ikut menyumbangkan sejumlah uang. Tidak jelas sejak kapan mantan guru itu ikut menjadi orang yang tersesat. Yang jelas dia adalah salah seorang pendukung setia orang yang pada keesokan harinya memimpin aksi pembunuhan terhadap Yoakim Gresituli Ata Maran di Blou. Dukungannya terhadap kepala komplotan pembunuh berdarah dingin itu tampaknya belum menyurut hingga kini. Dengan uangnya dia ikut memperkuat libido kriminal yang ketika itu sedang bergelora dalam diri mereka yang telah bertekad membunuh orang yang tak bersalah itu.

Tekad itu sudah lama mereka canangkan. Dari rapat ke rapat, tekad itu mereka matangkan. Dan di kampung lama (Lewookineng), pada hari Minggu, 29 Juli 2007, pematangan tahap akhir untuk realisasi tekad kriminal mereka lakukan. Proses pematangan tahap akhir mereka lakukan, setelah dari Petrus Naya Koten diperoleh kepastian bahwa pada hari Senin, 30 Juli 2007, Yoakim Gresituli Ata Maran akan menyewa sepeda motornya untuk pergi ke Lato. Maka hari Senin 30 Juli 2007 itu mereka tetapkan sebagai hari realisasi aksi kriminal yang telah lama mereka canangkan. ***