Sabtu, 24 Juli 2010

Siapakah orang pertama yang menemukan jenazah Yoakim Gresituli Atamaran?

 

30 Juli 2010 jatuh pada hari Jumat. Pada tanggal tersebut, tiga tahun lalu Yoakim Gresituli Atamaran, warga kampung Eputobi, desa Lewoingu, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, Indonesia, dicegat lalu dikeroyok hingga wafat di suatu tempat bernama Blou, yang terletak di antara Wairunu dan Lewolaga di Flores Timur. Pada pagi hari berikutnya, jenazahnya ditemukan di dalam parit, di pinggir jalan raya.

Menurut seorang oknum polisi di Boru, orang pertama yang menemukan jenazah korban adalah Moses Hodung Werang, seorang petani asal Solor, tinggal di Lewolaga. Hal itu dia sampaikan kepada saya pada hari Sabtu, 4 Agustus 2007, di Polsek Boru. Moses Hodung Werang sendiri berulang kali menceriterakan bahwa jenazah korban ditemukan pada pukul 09.00 pagi waktu setempat. Tetapi berita tentang kematian Yoakim Gresituli Atamaran sudah sampai di suatu kampung yang berjarak beberapa kilometer di sebelah barat Blou sebelum pukul 09.00 pagi hari Selasa, 31 Juli 2007. Berita itu dibawa oleh seorang warga Eputobi yang berkomplot dengan Mikhael Torangama Kelen. Pagi-pagi hari Selasa, 31 Juli 2007, sebelum jam 09.00, salah seorang yang pada Senin malam, 30 Juli 2007, ikut beraksi di Blou menyampaikan kabar bahwa Akim Maran mengalami kecelakaan dan sedang terkapar di Blou. Lalu siapakah yang pada Selasa pagi, 31 Juli 2007, mengantar seorang PNS ke kantornya di Boru?

Maka yang jadi pertanyaan ialah benarkah Moses Hodung Werang adalah orang pertama yang menemukan jenazah Yoakim Gresituli Atamaran pada Selasa pagi, 31 Juli 2007, pukul 09.00? Dari berbagai informasi yang berhasil dihimpun, saya dapat mengatakan di sini bahwa bukan Moses Hodung Werang itu yang pertama menemukan jenazah korban. Segera setelah berhasil membunuh Yoakim Gresituli Atamaran, para pelakunya sendiri yang menyebarkan berita tentang kematian orang tak bersalah itu ke berbagai pihak di kalangan mereka. Terdapat indikasi bahwa pada malam kejadian perkara itu juga berita tentang kematiannya sudah disebarkan keluar pulau Flores melalui telepon seluler.

Setelah berhasil membunuh Yoakim Gresituli Atamaran, para pelaku tidak tidur hingga pagi hari Selasa, 31 Juli 2007. Setelah pulang dari Blou, salah seorang tersangka mentraktir temannya minum arak. Lalu pada pagi hari Selasa itu, sebelum matahari terbit, beberapa orang pelaku sudah berada di tempat kejadian perkara. Kemudian ke situ juga datang beberapa orang pendukung mereka dengan cara sedemikian rupa agar tidak kentara bahwa mereka sebenarnya ingin menyaksikan sendiri seperti apa nasib Yoakim Gresituli Atamaran. Pada sekitar pukul 06.00 pagi, waktu setempat, dua orang dari kubu mereka kepergok berada tak jauh dari tempat jenazah korban tergeletak.

Sejak Selasa, 31 Juli 2007, hingga sekitar dua minggu sesudahnya, salah seorang pelaku menderita cedera di kepala dan leher. Cedera itu dialaminya di Blou sebagai hadiah dari peransertanya dalam aksi pembunuhan terhadap Yoakim Gresituli Atamaran. Pernah dia mau berobat ke Larantuka, tetapi tidak jadi, karena tak ada rujukan dari Puskemas Lewolaga. Karena takut ketahuan kejahatannya, yang bersangkutan tak mau minta pengantar dari Puskemas Lewolaga. Untuk menyembunyikan luka di kepalanya, dia memakai  helm. Luka dilehernya ditutup dengan jaket yang kerahnya ditegakkan hingga menutupi seluruh batang lehernya. Ketika hadir dalam pesta sambut baru (komuni pertama) di kampung tetangga, helm dan jaket tetap dikenakannya. Ya, untuk menutupi luka di kepala dan lehernya itu. Orang inilah yang dimaksud oleh seorang biarawati sebagai salah satu pembunuh Yoakim Gresituli Atamaran. Anda tak perlu tahu, mengapa seorang biarawati bisa mengatakan demikian.

Kembali ke pertanyaan tertera di atas. Benarkah Moses Hodung Werang adalah orang pertama yang menemukan jenazah Yoakim Gresituli Atamaran? Jawabannya jelas: tidak. Dia bukan orang pertama yang menemukan jenazah korban pembunuhan yang dilakukan oleh Mikhael Torangama Kelen dan anggota-anggota komplotannya. ***