Senin, 08 November 2010

Ceritera di akhir pekan pertama bulan November 2010

 

Pada akhir pekan pertama bulan November 2010, saya mendapat ceritera dari kampung Eputobi, Lewoingu, di Flores Timur tentang apa yang dialami oleh Meus Kumanireng.

Apa yang dialami oleh Meus Kumanireng menunjukkan bahwa di kampung Eputobi masih terdapat orang-orang dari kubu “jatim” yang terus berusaha untuk memancing keributan dengan orang yang berseberangan sikap dengan sikap mereka terhadap kasus pembunuhan terhadap Yoakim Gresituli Ata Maran. Kali ini yang berulah adalah Donatus Kumanireng. Tanpa alasan yang jelas, orang ini memprovokasi Meus Kumanireng dengan ancaman dan kata-kata makian di hadapan orang-orang lain yang sempat menyaksikan aksinya.

Seandainya provokasinya itu ditanggapi oleh Meus Kumanireng secara emosional, maka perkelahian antara mereka dapat saja meletus, dan persoalannya bisa merembet ke mana-mana. Untung bahwa Meus Kumanireng mampu menghadapinya dengan tenang. Untung pula bahwa ada saja orang yang berusaha mencegah agar aksi kekerasan tak jadi meledak.

Sebelum aksi provokasi tersebut terjadi, Lambertus Lagawuyo Kumanireng tampak berada di rumah Donatus Kumanireng. Selama ini kedua orang ini tampak seiring sejalan dalam menghadapi kasus pembunuhan terhadap Yoakim Gresituli Ata Maran. Perlu dicatat bahwa Lambertus Lagawuyo Kumanireng adalah salah satu orang Eputobi yang terlibat dalam aksi pembunuhan terhadap Yoakim Gresituli Ata Maran di Blou pada Senin malam 30 Juli 2007. Perannya dalam kasus kejahatan tersebut semakin terkonfirmasi dari berbagai sumber. Karena polisi setempat lamban bergerak, maka orang ini belum tersentuh hukum.

Setelah berlalu ancaman Donatus Kumanireng, Lambertus Lagawuyo Kumanireng berusaha menekan Meus Kumanireng melalui SMS. Tetapi jawaban-jawaban dari Meus Kumanireng tampaknya jitu dan membuat dia kapok. Usaha dia menekan Meus Kumanireng malah berbalik menjadi bumerang yang menekan dirinya sendiri. Mudah-mudahan dia pun mulai sadar bahwa tidak setiap orang yang ditekannya bernyali kecil.

Bukan baru seklali ini dia berusaha menekan Meus Kumanireng. Tetapi Meus Kumanireng tak terpengaruh oleh tekanannya. Bagi Meus Kumanireng, membela kebenaran itu merupakan suatu pekerjaan yang perlu dilakukan secara konsisten. Untuk apa seseorang mau membela kejahatan, hanya karena salah satu pelakunya adalah orang dari satu suku dengannya?

Karena Meus Kumanireng berani berpihak pada kebenaran, maka dia dirongrong. Tetapi bagi orang yang punya tekad yang kuat untuk berpihak pada kebenaran, rongrongan semacam yang dilakukan oleh Donatus Kumanireng dan Lambertus Lagawuyo Kumanireng itu tak ada artinya.

Rongrongan semacam itu menunjukkan bahwa kubu yang dimotori oleh para pelaku pembunuhan tersebut semakin dilanda ketidaktenangan. Mana ada perbuatan jahat seperti pembunuhan yang dapat memberikan ketenangan bagi para pelakunya? ***