Sabtu, 11 Juni 2011

Masih ada ruang waktu bagi mereka untuk menunjukkan keseriusan dan kejujuran

Lebih cepat sebenarnya lebih baik. Tetapi karena proses penanganannya ternyata bertele-tele, maka jalan dengan cara pelan-pelan itu pun coba kami turuti. Yang tidak dan tidak akan kami turuti adalah 1) upaya dari siapapun atau dari pihak manapun untuk menggelapkan perkara pembunuhan terhadap Yoakim Gresituli Ata Maran, dan 2) metode penanganannya secara bertele-tele yang berkepanjangan.

Sejak terjadinya kasus pembunuhan tersebut hingga kini keluarga korban dan masyarakat yang mengharapkan tegaknya kebenaran dan keadilan berada dalam masa penantian. Yang kami nantikan adalah 1) keseriusan Kapolres Flores Timur dan jajaran penyidiknya untuk mengungkap berbagai aspek kriminal yang terkait dengan kematian Yoakim Gresituli Ata Maran di Blou, dan 2) kejujuran Mikhael Torangama Kelen dan anggota-anggota komplotannya untuk mengakui perbuatan jahat yang mereka lakukan di Blou pada Senin malam 30 Juli 2007.

Sungguh aneh bahwa hingga kini penyidik Polres Flores Timur belum juga menunjukkan keseriusan konkret untuk membongkar kasus pembunuhan tersebut. Padahal berbagai informasi penting yang terkait dengan kasus pembunuhan tersebut sudah diserahkan kepada Kapolres dan Kasat Reskrim Polres Flores Timur. Tetapi hingga kini belum juga jelas seperti apa tindaklanjut nyata dari informasi-informasi termaksud. Padahal ujung pangkal dari kasus pembunuhan tersebut sudah demikian jelas.

Selama ini metode penanganan bertele-tele atas perkara pembunuhan tersebut cukup berhasil untuk membuat kepala komplotan pembunuh berdarah dingin itu (Mikhael Torangama Kelen) terus bercokol di kursi kepala desa Lewoingu. Perlu diperhatikan bahwa terus bercokolnya Mikhael Torangama Kelen di kursi kepala desa Lewoingu adalah sesuatu yang tidak berguna bagi pembangunan dalam rangka peningkatan kebaikan dan kesejahteraan bagi segenap komponen sosial di Eputobi. Yang dikembangkan oleh Mikhael Torangama Kelen selama ini adalah suatu sistem pemerintahan yang menghalalkan korupsi, ancaman, dan kekerasan fisik terhadap lawan-lawan politiknya, terutama terhadap tokoh-tokoh gerakan antikorupsi.

Lantas masyarakat setempat di luar komplotan penjahat Eputobi pun selama ini menanti dan menanti kejujuran dari Mikhael Torangama Kelen dan anggota-anggota komplotannya dalam mengakui perbuatan sangat jahat yang mereka lakukan di Blou. Selama ini, masyarakat yang bersangkutan masih berusaha menggunakan kesabaran dalam menyikapi ketidakjujuran yang diperlihatkan oleh Mikhael Torangama Kelen dan anggota-anggota komplotannya. Ini mereka tempuh untuk menghargai proses hukum yang sedang berjalan. Di dalam kenyataan, proses hukum yang berjalan berlarut-larut menimbulkan keresahan dalam masyarakat yang bersangkutan. Ya, wajar bila masyarakat yang bersangkutan merasa resah setelah menyaksikan kejanggalan-kejanggalan dalam penanganan perkara pembunuhan tersebut.

Meskipun demikian masih ada ruang waktu bagi Polres Flores Timur untuk menunjukkan keseriusan mereka dalam menangani perkara pembunuhan tersebut. Masih ada pula ruang waktu bagi Mikhael Torangama Kelen dan anggota komplotannya untuk mengakui secara jujur perbuatan sangat biadab yang mereka lakukan di Blou pada Senin malam 30 Juli 2007. Masih ada pula ruang waktu bagi anggota-anggota keluarga mereka, sanak saudara dan handai tolan mereka untuk mendorong mereka agar berani berkata secara jujur tentang perbuatan sangat jahat yang mereka lakukan di Blou pada hari, tanggal tersebut di atas.  Termasuk yang juga perlu didorong untuk berani berkata jujur adalah Donatus Doni Kumanireng, mantan pegawai negeri sipil yang tinggal di Kupang itu.

Mereka-mereka itu perlu dibantu agar mereka pun dapat keluar dari belenggu ketidakjujuran. ***