Rabu, 29 Juni 2011

Dari korupsi mereka ke Blou, dari Blou mereka ke ……?

“Siapa lagi yang akan kamu bunuh?” Pertanyaan tersebut pernah disemburkan langsung ke muka kepala komplotan penjahat Eputobi, Mikhael Torangama Kelen. Oleh siapa? Oleh seorang tokoh dari kubu barat di kampung Eputobi, Flores Timur.

Apa reaksi si kepala komplotan penjahat itu? Dia hanya diam membisu di hadapan banyak orang yang hadir dalam kesempatan itu. Tak ada sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Para pendukungnya yang hadir dalam momen itu pun tak berkata apa-apa. Semua mereka hanya berdiam diri. Padahal sebelum-sebelumnya, mereka biasanya berani membusungkan dada ke mana-mana, berani mencongkakkan diri sebagai orang-orang hebat.

Pertanyaan tersebut di atas memang perlu diajukan kepada si kepala komplotan penjahat itu. Setelah berhasil membunuh Yoakim Gresituli Ata Maran, dia pernah mengatakan begini, “Satu sudah mati, tinggal empat orang lagi.” Dia lalu menyebut nama empat orang termaksud. Kata-kata itu dia ucapkan ketika dia berada di suatu rumah makan di Larantuka. Kata-katanya itu menunjukkan bahwa 1) pembunuhan terhadap Yoakim Gresituli Ata Maran yang terjadi di Blou, Flores Timur itu dilakukan berdasarkan rencana yang telah mereka susun, 2) selain Yoakim Gresituli Ata Maran, mereka juga menjadikan empat orang rekan seperjuangannya sebagai target pembunuhan. Mulanya tiga orang mereka jadikan target pembunuhan. Kemudian dua orang lagi mereka masukan dalam target.

Mereka yang dijadikan target pembunuhan itu adalah tokoh-tokoh yang menjadi motor penegak kebenaran dan keadilan bagi masyarakat Eputobi. Dalam rangka itu mereka melancarkan gerakan anti praktek-praktek korupsi yang dilakukan oleh Mikhael Torangama Kelen dan kroni-kroninya. Keluarnya Yoakim Gresituli Ata Maran, Sis Tukan, dan Ardi Namang dari struktur pemerintahan yang dikepalai oleh Mikhael Torangama Kelen, karena mereka menentang praktek-praktek korupsi yang dipelopori oleh Mikhael Torangama Kelen.

Kuatnya tekanan dari para tokoh anti korupsi itu pula yang membuat Mikhael Torangama Kelen nyaris tak bisa kembali menduduki kursi kepala desa Lewoingu untuk periodenya yang kedua. Karena takut kehilangan kursi kepala desa Lewoingu, dia dan kroni-kroninya merancang serangan ke kubu gerakan anti korupsi di kampung Eputobi. Dalam rancangan awal, mereka bermaksud membunuh tiga orang, yaitu Yoakim Gresituli Ata Maran, Yosef Kehuler,  dan Sis Tukan. Untuk menghabisi tiga orang itu, Lambertus Lagawuyo Kumanireng pernah berusaha mencari orang-orang yang bersedia dibayar untuk melakukan rencana jahat mereka. Namun orang-orang yang pernah ditawari pekerjaan jahat itu menolak tawarannya. Di kemudian hari, dua orang lagi, yaitu Pius Koten dan Dere Hayon pun dimasukan sebagai target.

Dari lima orang yang mereka jadikan target, satu orang, yaitu Yoakim Gresituli Ata Maran, berhasil mereka bunuh di Blou pada Senin malam 30 Juli 2007. Seandainya kasus pembunuhan di Blou itu tidak terungkap, bisa jadi target-target lainnya pun dihabisi satu per satu sesuai rancangan kriminal yang telah mereka susun. Bagi orang-orang jahat itu, pembunuhan adalah cara yang dihalalkan demi pemenuhan kepentingan-kepentingan politik dan ekonomi mereka. Yang selama itu mereka perjuangkan adalah uang dan kekuasaan. Demi uang dan kekuasaan itu pula, maka mereka pun membunuh Yoakim Gresituli Ata Maran di Blou pada Senin malam 30 Juli 2007.

Pada tanggal 30 Juli 2011 nanti, tragedi Blou berusia empat tahun. Sudah lebih dari tiga tahun kasus pembunuhan tersebut diproses secara hukum. Tetapi arah penanganannya belum juga jelas hingga kini. Padahal ujung pangkal dari perkara pembunuhan itu terang benderang. Penanganan perkara pembunuhan tersebut penuh dengan kejanggalan.

Ya, dari korupsi, Mikhael Torangama Kelen dan kroni-kroninya meluncur ke Blou dengan sepeda motor. Di Blou Mikhael Torangama Kelen memimpin aksi pembunuhan terhadap orang yang mereka jadikan target utama, yaitu Yoakim Gresituli Ata Maran. Setelah berhasil menghabisi Yoakim Gresituli Ata Maran, Mikhael Torangama dan dua anggota komplotannya mengeluarkan kata-kata yang sama, “Satu sudah mati, tinggal empat lagi.” Mereka pun menyebut dengan jelas nama empat orang yang akan menyusul Yoakim Gresituli Ata Maran itu.

Dari korupsi, mereka pergi ke Blou, dari Blou mereka akan ke mana …..? ***