Rabu, 27 Februari 2008

Maju terus, bela kebenaran dan keadilan


Maju terus bela kejahatan? Jangan. Maju terus bela kebenaran dan keadilan. Membela orang yang melakukan kesalahan itu perlu, karena dia itu manusia. Tetapi perbuatannya yang salah jangan dibela, apalagi perbuataannya itu jahat. Dalam membela orang yang bersalah, anda perlu tahu kode etiknya. Anda membela dia dalam rangka membawa dia pada kebenaran. Jika dia terbukti bersalah, anda perlu membantu dia untuk mengakui kesalahannya, kemudian mendorong dia untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya yang salah. Jika kesalahannya itu tergolong kejahatan, dia perlu dibantu untuk mempertanggungjawabkannya secara hukum. Jika perlu, anda yang menyerahkannya dia ke polisi.

Jadi membela orang yang bersalah pun tak dapat dilakukan secara membabi buta. Kita perlu perhatikan bahwa pembelaan bagi orang yang bersalah pun harus dilakukan secara benar. Pembelaan yang benar itu ditempuh berdasarkan prinsip-prinsip moral dan sesuai dengan kenyataan-kenyataan yang ada. Orang yang bersalah itu perlu dibela demi kebaikan dia dan demi kebaikan orang atau pihak lain yang terkena dampak negatif dari perbuatannya. Dalam semangat itu, dia perlu disemangati untuk berani mengakui kesalahan atau kejahatannya.

Jika prinsip pembelaan tersebut berlaku dalam kasus pembunuhan Akim Maran, maka kasus kejahatan yang mengerikan itu sudah lama ditangani oleh aparat penegak hukum di Flores Timur secara jelas dan tegas. Tetapi, mereka yang membunuh Akim Maran itu rupanya tidak memiliki pembela yang tahu arti pembelaan yang benar. Yang mereka miliki adalah pembela-pembela yang berusaha sekuat tenaga untuk menutup-nutupi perbuatan sangat jahat yang mereka lakukan pada Senin malam, 30 Juli 2007. Pendek kata, yang mereka miliki adalah pembela-pembela yang nekad maju terus bela kesalahan dan kejahatan. Dikira, dengan kenekadan semacam itu mereka dapat meloloskan diri dari jerat hukum. Tampaknya mereka lupa bahwa hal itu tidak mungkin terjadi, karena kejahatan itu tak bisa ditutup-tutupi.

Ketidaksadaran akan hal tersebut membuat mereka terus bersikap sembrono. Ada orang tua di kampung Eputobi, yang meskipun tahu perbuatan jahat anak-anaknya pada Senin malam, 30 Juli 2007, terus saja menyangkali kejahatan anak-anaknya. Pernah orang tua itu mengatakan kepada saya bahwa Akim Maran meninggal karena kecelakaan lalu lintas. Katanya, "Akim Maran naik motor dalam keadaan mabuk berat, maka jatuh lantas mati." Padahal sebuah sumber sangat terpercaya di Lato menyebutkan bahwa waktu meninggalkan Lato, Akim Maran tidak berada dalam keadaan mabuk. Sumber itu juga berceritera, bahwa tak lama setelah Akim Maran dan Marse Kumanireng pamit untuk pulang ke Eputobi, ada orang yang menyampaikan kepadanya bahwa Akim Maran jatuh dari sepeda motor. Mendengar itu, dia pun cepat-cepat ke tempat yang menurut si pembawa informasi sebagai tempat jatuhnya Akim Maran. Ternyata Akim Maran dan Marse Kumanireng tidak jatuh dari sepeda motor. Informasi yang disampaikan kepada dia, bahwa Akim Maran jatuh dari sepeda motor itu tidak benar.

Mengapa informasi palsu semacam itu disebarkan? Dan pihak manakah yang sengaja menyebarkan informasi-informasi palsu semacam itu?. Perlu anda ketahui, bahwa pada hari Senin siang, 30 Juli 2007, di kantor Camat Titehena di Lato digelar perkara tanah. Pihak Ata Maran dituduh menyerobot tanah Betu Kelasa di dekat Kanada. Tetapi ternyata tuduhan itu tidak benar, karena Ata Maran mengerjakan ladang di tanah miliknya, bukan di tanah milik Betu Kelasa. Karena itu, gelar perkara tanah pun dibatalkan oleh Camat Titehena. Meskipun demikian sudah terlanjur hadir orang-orang yang ingin menyaksikan jalannya perkara termaksud. Hadir pula di kantor Camat Titehena, siang itu, orang-orang Eputobi, yang terkenal beriri-hati dan membenci Akim Maran. Di antara mereka hadir pula orang-orang yang kemudian menghadang, mengeroyok, dan menyiksa Akim Maran hingga mati pada Senin malam, 30 juli 2007. Saksi mata menyebutkan bahwa dari siang hingga sore menjelang malam, mereka itu berada di Lato.

Kiranya jelas, bahwa keberadaan mereka di Lato bukan sekedar menyaksikan gelar perkara tanah tersebut di atas, tetapi juga untuk mewujudkan rencana jahat mereka, yaitu membunuh Akim Maran. Mereka tahu persis, bahwa pada hari itu, Akim Maran menghadiri acara Nebo di Lato. Maka sejak di Lato, Akim Maran dan Marse Kumanireng sudah dibayang-bayangi oleh beberapa penjahat.Sepanjang jalan dari Lato ke Bokang dua orang penjahat yang mengendarai sepeda motor tanpa lampu terus membayang-bayangi perjalanan Akim Maran dan isterinya. Kedua orang ini yang kemudian menyampaikan informasi tentang keberadaan Akim Maran di Bokang kepada rekan-rekan penjahat mereka yang sedang berada di Wairunu dan di sekitar Tobi Bele'eng. Maka diutuslah si penjemput. Untuk mengantar si penjemput, dua sepeda motor dikerahkan menuju Bokang.

Kedua sepeda motor itu sempat dipergoki keberadaannya, di pinggir kampung Bokang ke arah Wairunu, oleh orang-orang tertentu di Bokang. Setelah mengetahui ada orang Bokang yang memandang ke arah mereka, kedua pengendara sepeda motor itu langsung tancap gas ke arah Wairunu. Mereka meninggalkan si penjemput sendirian bersembunyi dalam gelap di balik dua batang pohon pisang. Dari balik pohon pisang itulah tragedi Senin malam, 30 Juli 2007 mulai digelar.

Sore hari Senin, tanggal 30 Juli 2007, ada saksi mata yang melihat si MK bergerak ke arah barat. Ini sesuai dengan skenario yang sudah mereka rancang. Selain mengskenariokan langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk menghadang dan menghabisi Akim Maran, mereka juga telah mengskenariokan alasan palsu kematian Akim Maran. Alasan palsu termaksud berbunyi, "Akim Maran mati karena kecelakaan lalu lintas. Dia mengalami kecelakaan lalu lintas, karena dia mengendarai sepeda motor dalam keadaan mabuk." Maka tak mengherankan kalau pihak penjahat itu pun terus ngotot dalam menyebarkanluaskan alasan palsu kematian Akim Maran.

Tapi siapa yang mau percaya dengan omongan mereka itu? Orang-orang Eputobi, Lewolaga, Riang Duli, dan Riang Kung yang tahu seluk-beluk persoalan-persoalan besar yang terjadi di Eputobi, sejak tahun 2006 hingga Juli 2007 tidak akan percaya akan alasan palsu yang digembar-gemborkan oleh para penjahat Eputobi itu. Setelah satu per satu fakta tentang pembunuhan Akim Maran terkuak, makin banyak orang yang yakin bahwa sebab kematian Akim Maran, seperti yang digembar-gemborkan oleh para penjahat itu palsu adanya. Setelah kasus kematian Akim Maran dimunculkan oleh media cetak lokal dan media elektronik global, makin bertambah jumlah orang yang tidak percaya akan anggapan bahwa kematian Akim Maran murni karena kecelakaan lalu lintas.

Menarik bahwa akhir-akhir ini kian terjalin suatu jaringan solidaritas kemanusiaan yang melihatkan juga berbagai pihak di luar komunitas Lewoingu. Dorongan semangat untuk "maju terus membela yang benar" terus bermunculan dari berbagai pihak di luar komunitas Lewoingu. Ada pula aparat kepolisian yang memberi semangat untuk maju terus, pantang mundur dalam mencari kebenaran dan keadilan. Dan cepat atau pun lambat akan terbangun pula suatu jaringan solidaritas kemanusiaan mondial, karena kasus kejahatan kemanusiaan tersebut pun sudah mulai dimunculkan ke komunitas internasional.

Yang tetap mempertahankan informasi palsu tersebut hanya segelintir orang Eputobi, yang terlibat langsung atau pun tidak langsung dalam kasus pembunuhan Akim Maran. Perbuatan jahat mereka itu secara gigih dibela oleh orang-orang tertentu. Di kalangan mereka, rupanya berlaku prinsip: maju terus pantang mundur, bela kejahatan. Padahal, dengan membela kejahatan, apalagi membelanya secara gigih, si pembela yang bersangkutan ikut melakukan kejahatan. Jiika anda tahu bahwa si A melakukan suatu kejahatan, tetapi anda tidak melaporkannya kepada pihak berwajib, anda pun ikut melakukan kejahatan itu.

Sudah jelas bagi kita, bahwa kematian Akim Maran disebabkan oleh pembunuhan terencana. Siapa perancangnya pun sudah sangat jelas bagi kita. Dan justru karena penjahat-penjahat itu masih bebas berkeliaran, maka kita pun harus maju terus pantang mundur dalam mencari kebenaran dan keadilan. Karena selama ini kita maju terus cari keadilan dan kebenaran, maka penjahat-penjahat Eputobi itu pun mulai kocar-kacir. Nyali mereka sudah menciut drastis. Ada yang jadi panik dan ketakutan, lalu mulai ngoceh dan ngoceh sembarangan sesuai dengan dorongan emosi dangkal.

Siapa suruh kalian nekad melakukan kejahatan, setelah itu nekad pula untuk menipu dan menipu diri terus-menerus? ***