Kamis, 15 Mei 2008

SMS


SMS. Akronim yang satu ini sudah sangat familiar dengan komunitas pengguna telepon seluler. SMS itu singkatan dari short message service. Bahasa Indonesianya, layanan pesan singkat. Bagi pengguna ponsel, hidup menjadi hambar jika tidak mengirim atau menerima SMS. Entah berapa jumlah SMS yang menyebar ke seluruh penjuru dunia ini dalam sehari. Yang jelas, banyak orang yang jadi keranjingan ber-SMS. Singkat, cepat, langsung sampai, dan langsung diketahui balasannya juga, kalau yang sebelah sana lagi on, dan kalau salurannya serba ok. Maka tak heran kalau SMS pun jadi "candu" bagi banyak orang.

SMS membuat dunia menjadi selebar daun asam. Cukup dengan ujung ibu jari tangan, anda menguasai dunia. Tapi dengan cara apa anda menguasai dunia? Tergantung orangnya. Si humoris berusaha menguasai dunia dengan SMS yang membuat orang lain terpingkal-pingkal. Dengan membaca SMS humor, usia seseorang jadi bertambah panjang, mungkin satu jam, mungkin satu hari, mungkin satu tahun, atau malah mungkin "seribu tahun." Pendek kata, melalui SMS, orang bisa saling memperpanjang umur.

Melalui SMS, mereka yang sedang bercinta ria, bisa saling berbagi cinta. Yang jauh jadi dekat. Yang dekat jadi jauh juga. Yang susah diucapkan waktu ketemu pandang, jadi mudah terucap melalui SMS. Bagi sepasang merpati, SMS jadi segala-galanya juga, dan dunia pun jadi indah.

Mereka yang sehari-hari menjalani hidupnya berdasarkan Firman Tuhan menyebarluaskan ayat-ayat suci melalui SMS. Melalui SMS, mereka ingin menerangi dunia dengan Cahaya Ilahi. Melalui SMS, mereka ingin menerangi dan menggarami dunia dengan cahaya dan garam surgawi. Melalui SMS, para bijak pun mewartakan kebijaksanaan ke seluruh dunia. Pendek kata, melalui SMS, banyak orang ingin menguasai dunia dengan kekuatan-kekuatan yang positif.

Tetapi si pendusta, si jahat pun tak mau kalah. Melalui SMS, mereka berusaha sekuat tenaga untuk meracuni dunia, untuk merusak dunia, untuk membuat dunia jadi gelap-gulita. Melalui SMS, para penjahat bisa saling berkoordinasi untuk menyukseskan proyek kejahatan yang mereka garap. Melalui SMS, mereka menebarkan rasa benci dan permusuhan ke mana saja mereka mau. Melalui SMS mereka bisa meneror, mengintimidasi, dan mengancam lawan mereka. Bagi mereka, suatu SMS bisa menjadi malapetaka bagi orang lain. Di tangan penjahat sejati, SMS merupakan sinyal kematian bagi orang lain.

Lantas di tangan si pendusta? Jelas, di tangannya SMS jadi bisnis tipu daya. Sudah banyak orang yang terjerat oleh SMS yang berisikan tipuan berkedok hadiah puluhan juta. Tetapi tidak hanya itu. Ada penipu yang menggunakan SMS untuk memperoleh uang. Ada pula penipu yang menggunakan SMS untuk menyebarkan kabar bohong. Untuk apa? Untuk memancing kemarahan orang, untuk meresahkan masyarakat, untuk kepentingan politik kelompok, atau bisa juga sekedar untuk memuaskan nafsu untuk menipu.

Orang yang sudah biasa menipu akan terus bernafsu untuk menipu dan menipu. Dia tidak bisa hidup tenang tanpa menipu orang lain. Dia akan terus berusaha mempertahankan keberadaannya dengan jalan menipu. Maka tak heran bila dia pun menggunakan SMS untuk menipu orang lain. Lucunya, yang ikut jadi korban penipuan adalah sesamanya sendiri, bahkan saudara-saudarinya sendiri.

Entah berapa orang di Kupang, di Larantuka, di Eputobi, dan di Lewolaga, yang berhasil ditipu oleh SMS, yang menginformasikan bahwa sangkaan yang dikenakan pada empat tersangka pelaku kejahatan Senin malam, 30 Juli 2007 tidak terbukti. Entah berapa pula orang di Larantuka dan di Eputobi dan sekitarnya yang tertipu oleh SMS yang mengatakan bahwa empat tersangka itu pasti dibebaskan.

Yang jelas, para warga masyarakat beradab di Larantuka, di Eputobi dan sekitarnya tidak mau terperdaya oleh isi SMS-SMS yang tidak sesuai dengan kenyataan itu (lihat www.geocities.com/atamaran_rr/kdk_mei_2008.html). Yang tertipu adalah sesama dari pengirim SMS. Maka tak usaha heran bila kepanjangan dari akronim SMS pun bisa menjadi Suka Menipu Sesama. Kalau sesama saja bisa ditipu, apalagi orang lain.

Ingat. SMS itu netral. Di tangan orang baik, SMS menjadi sarana perwujudan kebaikan bagi dunia. Tapi di tangan si jahat, SMS menjadi sarana untuk menjahati dunia. Di tangan penipu, SMS menjadi saluran untuk menipu orang lain, termasuk menipu sesama sendiri. Seseorang bisa tertipu jika dia tidak memiliki kemampuan untuk menjadi orang yang kritis-rasional.

Untung para warga masyarakat beradab di kampung Eputobi dan sekitarnya masih memiliki kemampuan untuk menjadi orang yang kritis-rasional. ***