Jumat, 07 Agustus 2009

Lera Wulang tahu siapa saja pembunuh Yoakim Gresituli Ata Maran

Catatan khusus untuk orang-orang yang mau menjadi penyambung lidah Mikhael Torangama Kelen dan anggota-anggota komplotannya

 

Makin sukar bagi pihak keluarga korban dan segenap lapisan masyarakat beradab di Lewoingu untuk berharap agar Mikhael Torangama Kelen berkata jujur tentang perbuatan keji yang dilakukannya bersama anggota-anggota komplotannya di Tobi Bele’eng dan Blou, yang terletak di antara Wairunu dan Lewolaga, di Flores Timur, pada Senin malam, 30 Juli 2007. Pembunuhan atas Yoakim Gresituli Ata Maran itu direncanakan dengan matang. Dan ketidakjujuran memang sudah dirancang sejak awal. Maka tak mengherankan bila sejak di Tobi Bele’eng kebohongan sudah diproduksi guna menutupi perbuatan biadab yang sedang mereka lakukan pada malam itu. Maka tak mengherankan pula bila nama Lera Wulang dan Tuhan pun digunakannya untuk menutupi kejahatan yang dilakukannya bersama anggota-anggota komplotannya itu.

Ketika seorang saksi bertanya, apa yang terjadi dengan korban, mereka menjawab bahwa mereka mau ke pesta tetapi terjadi kecelakaan lalulintas. Masa’, terjadi kecelakaan lalulintas, tapi korbannya tidak ditolong, padahal saksi yang bersangkutan bersedia mengantar korban ke rumah sakit atau puskesmas terdekat. Masa’ kecelakaan lalulintasnya terjadi di Tobi Bele’eng, tapi korbannya bisa mengendarai sepeda Yamaha Jupiter hingga berbaring mati di dalam parit di Blou. Padahal waktu di Tobi Bele’eng saja korban sudah terkapar tak berdaya di pinggir kiri jalan raya (dari arah Wairunu ke Lewolaga). Masa’ kecelakaan lalulintasnya terjadi di Tobi Bele’eng, tapi darah korban kok bisa berceceran di sebuah pondok yang terletak dalam kebun mente, yang berjarak 70 meter dari jalan raya?

Mungkinkah Mikhael Torangama Kelen dan anggota-anggota komplotannya itu bukan pelaku pembunuhan atas Yoakim Gresituli Ata Maran, padahal saksi mata melihat mereka yang melakukannya di tempat kejadian perkara? Petrus Naya Koten adalah orang pertama yang secara jelas mengungkapkan bahwa Mikhael Torangama Kelen dkk yang membunuh Yoakim Gresituli Ata Maran. Tetapi tidak hanya Petrus Naya Koten yang menjadi saksi kunci. Masih ada saksi kunci lain yang kehadirannya di tempat kejadian perkara pada malam itu sungguh tidak diharapkan oleh Mikhael Torangama Kelen dan anggota-anggota komplotannya.

Jika saksi kunci lain melihat kehadiran Petrus Naya Koten di tempat kejadian perkara, di saat korban sedang terkapar tak berdaya di pinggir jalan, apakah kesaksian Petrus Naya Koten di hadapan penyidik dari Polda NTT di Mapolres Flores Timur pada hari Kamis, 17 April 2008, bahwa Mikhael Torangama Kelen dkk yang membunuh Yoakim Gresituli Ata Maran itu tidak benar? Mustahil tidak benar keterangannya itu. Jelas bahwa keterangan atau kesaksian yang disampaikannya pada hari itu mutlak benar. Dan apakah tidak ada saksi lain lagi yang melihat keberadaan pelaku-pelaku kejahatan tersebut di tempat kejadian perkara? Keliru besar kalau ada yang beranggapan bahwa tidak ada saksi lainnya lagi.

Justru karena kesaksian-kesaksian itu otentik dan akurat, maka tak ada jalan lain bagi kubu penjahat Eputobi itu untuk melobi oknum-oknum penegak hukum tertentu guna menggagalkan proses hukum atas perkara pembunuhan tersebut. Jika seorang JPU yang bersangkutan mau dilobi berulangkali oleh kubu tersangka pembunuhan tersebut, mampukah dia mempelajari secara cermat dan menilai secara objektif isi dari berkas perkara kejahatan yang dilimpahkan oleh Polres Flores Timur ke Kejaksaan Negeri Larantuka? Sesuai hukumkah, jika JPU yang bersangkutan mengendapkan berkas perkara pembunuhan tersebut hingga dua bulan lamanya di Kejaksaan Negeri Larantuka?

Belakangan ini Mikhael Torangama Kelen semakin sibuk berusaha mencuci tangannya yang berlumuran darah korban yang dibunuhnya di Blou pada Senin malam, 30 Juli 2007 itu. Dan dia mengira bahwa urusannya sudah beres, sehingga dengan mudahnya dia pun menggunakan nama Lera Wulang dan nama Tuhan untuk menutup perbuatannya yang sangat keji itu. Proses hukum atas kasus kejahatan tersebut terus berjalan. Dan Mikhael Torangama Kelen dan anggota-anggota komplotannya yang melakukan kejahatan tersebut akan diseret ke pengadilan. Pada akhirnya pengakuan dari para tersangka sendiri tidak diperlukan, karena tersedia cukup alat bukti.

Dengan metode apa pun anda berusaha mencaritahu siapa saja pembunuh Yoakim Gresituli Ata Maran, maka anda dengan mudah menemukan jawaban yang jelas. Jawabannya: Empat orang yang sudah ditetapkan sebagai tersangka itu plus beberapa teman mereka yang belum ditetapkan sebagai tersangka.

Memang, Lera Wulang dan Tuhan tahu siapa saja yang beraksi di Tobi Bele’eng dan Blou pada Senin malam, 30 Juli 2007 hingga menewaskan Yoakim Gresituli Ata Maran. Lera Wulang dan Tuhan tahu persis bahwa apa yang dikatakan oleh Mikhael Torangama Kelen dan Petrus Naya Koten, seperti dilansir di eputobi.net itu merupakan kebohongan besar. Apa yang tidak dapat dilihat oleh manusia dapat dilihat oleh Lera Wulang dan Tuhan, apalagi apa yang dapat dilihat dengan mata manusia.

Dan satu hal lagi, jika untuk mempertahankan kebohongannya Mikhael Torangama Kelen berani menantang pihak keluarga korban agar dirinya dan anggota komplotannya itu disumpah menurut adat atau pun menurut agama, pada saatnya nanti dia dkk itu akan disumpah. Biar mereka rasakan sendiri akibat buruk dari kebohongan yang selama ini mereka rawat itu. ***