Kamis, 30 Juli 2009

Dari Bokang ke Tobi Bele’eng

 

Di pinggir selatan kampung Bokang, Petrus Naya Koten berdiri di pinggir kiri jalan (dari arah selatan ke utara) di balik pohon pisang. Di situ dia menunggu Yoakim Gresituli Ata Maran yang sudah dipastikan keberadaannya di Bokang. Untuk mencapai tempat pencegatan pertama itu, Petrus Naya Koten diantar dengan dua sepeda motor. Keberadaan dua sepeda motor itu sempat dipergoki oleh seorang warga Bokang. Beberapa saat dua sepeda motor itu nonkrong di situ. Tetapi setelah mengetahui ada yang mencari-cari Yoakim Gresituli Ata Maran, kedua sepeda motor itu langsung meluncur ke arah Wairunu. Sedangkan Petrus Naya Koten tetap berada di posisinya.

Begitu melihat Yoakim Gresituli Ata Maran muncul, Petrus Naya Koten pun keluar dari persembunyiannya, lalu menyetop sepeda motor yang dikendarai Yoakim Gresituli Ata Maran. Dengan tenang Yoakim Gresituli Ata Maran menghentikan sepeda motor, tepat di tempat Petrus Naya Koten mencegatnya. Sebelum Petrus Naya Koten naik ke jok belakang sepeda motornya, sempat terjadi percakapan singkat.

Setelah mengetahui bahwa Petrus Naya Koten sudah berhasil menjalankan tugasnya, para penjahat yang siap beraksi pun merapatkan barisan mereka di tempat penghadangan pertama, yaitu di tikungan sebelum Tobi Bele’eng (dari arah Wairunu ke Lewolaga). Perlengkapan seperti tali, kayu, besi, kaos tangan, dan minyak pun sudah mereka siapkan.

Ketika Yoakim Gresituli Ata Maran dan Petrus Naya Koten hendak melintasi ruas jalan setelah tikungan tersebut, mereka dicegat. Laju sepeda motor yang dikendarai oleh Yoakim Gresituli Ata Maran dihentikan dengan paksa oleh sepeda motor GL warna hitam yang dipalang di jalur jalan itu. Petrus Naya Koten yang sudah tahu skenario “ceritera” yang akan terjadi langsung meloncat turun. Sementara itu Yoakim Gresituli Ata Maran berusaha meloloskan diri dari hadangan dengan menabrak sepeda GL hitam yang memalangi jalannya. Tabrakan itu membuat Yoka Kumanireng dan sepeda motor GL hitamnya jatuh. Kepala belakang Yoka Kumanireng sempat membentur aspal. Namun usaha Yoakim Gresituli Ata Maran gagal, karena Mikhael Torangama Kelen dan anggota-anggota komplotannya langsung menyergapnya.

Adegan selanjutnya mengerikan. Sempat terjadi perkelahian sengit dalam gelap malam, satu melawan lima hingga enam orang. Mikhael Torangama Kelen terlibat langsung dalam perkelahian itu. Dalam perkelahian itu leher salah seorang penjahat yang tadinya jatuh di aspal dengan sepeda motor GL hitamnya itu sempat tersambar pukulan. Maka dia itu mengalami luka di kepala bagian belakang dan leher. Luka itu membuat dia tidak bisa keluar rumah sejak tanggal 31 Juli 2007 hingga beberapa waktu kemudian.

Meskipun memberikan perlawanan yang heroik, upaya Yoakim Gresituli Ata Maran untuk mempertahankan hidupnya akhirnya sia-sia. Suatu pukulan dengan kayu yang menghantam kepalanya membuat dia jatuh di pinggir kiri jalan (dari arah Wairunu ke Lewolaga) dalam posisi berlutut dengan muka menghadap ke timur. Dia kemudian jatuh dan tergeletak di pinggir jalan itu. Dia tak mampu lagi memberikan perlawanan.

Di Tobi Bele’eng pada malam hari itu terdapat lima sepeda motor, termasuk sepeda motor milik Petrus Naya Koten yang disewa oleh Yoakim Gresituli Ata Maran. Petrus Naya Koten hadir di situ. Wajah dan sosoknya dikenal dengan baik oleh seorang saksi. Untuk menghindari diri dari pukulan dan agar wajah mereka tidak dikenali oleh orang yang lewat di situ, beberapa pelaku kejahatan itu mengenakan helm.

Sejak di pinggir jalan di Tobi Bele’eng pada malam itu, para penjahat itu sudah menyebarkan kabar bohong, bahwa yang terjadi di situ adalah kecelakaan lalulintas. Kalau benar terjadi kecelakaan lalu lintas, mengapa korbannya tidak segera ditolong? Bukankah menolong korban kecelakaan lalulintas merupakan suatu kewajiban? (Bersambung)