Kamis, 30 Juli 2009

Malam ini dua tahun yang lalu

 

Perjalanan Yoakim Gresituli Ata Maran dan Marse Kumanireng dari Lato menuju Bokang berlangsung dalam suasana tidak nyaman. Banyak ruas jalan yang rusak membuat Marse Kumanireng memilih berjalan kaki dalam sorotan lampu sepeda motor yang dengan perlahan dijalankan oleh suaminya. Di kali nyiur, mesin sepeda motor sempat terganggu. Mereka berdua harus berhenti di situ agar gangguan teknis itu dapat diperbaiki. Setelah gangguan teknis itu diatasi, mereka meneruskan perjalanan mereka menuju Bokang, yang terletak beberapa ratus meter di sebelah utara Wairunu.

Di Bokang, Marse Kumanireng mampir di rumah bapak Paulinus Witak Hayon, sementara Yoakim Gresituli Ata Maran sempat memarkir sepeda motornya agak di bawah dekat pohon asam tak jauh dari rumah itu. Dikira, dia mampir ke rumah bapak Petrus A.  Ata Maran, yang terletak dekat dengan rumah tempat Marse Kumanireng mampir. Ketika dicari di rumah tersebut, orang yang dicari itu tidak ditemukan. 

Sekitar sepuluh menit lamanya, Marse Kumanireng berada di rumah tersebut. Malam itu juga dia harus kembali ke Eputobi. Maka Boby Hayon diminta untuk mengantarnya dengan sepeda motor ke Eputobi. Karena Boby sedang mengalami gangguan kesehatan, maka Bang Hayon (Belebang Hayon) yang mengantarnya ke Eputobi. Ketika tiba di Eputobi, Marse Kumanireng mengira bahwa suaminya sudah berada di sana. Ternyata Yoakim Gresituli Ata Maran belum berada di Eputobi. Ke mana Yoakim Gresituli Ata Maran pergi sehingga dia belum juga muncul di Eputobi?

Perjalanan Yoakim Gresituli Ata Maran dari Lato menuju Bokang berada dalam pengawasan beberapa orang dari komplotan yang sudah bertekad bulat untuk membunuhnya pada malam itu juga. Setelah mengetahui situasi terakhir di Bokang itu tadi, mereka pun segera mengatur cara untuk bisa memasukkan Yoakim Gresituli Ata Maran dalam perangkap mereka. Pada malam itu mereka sudah menyiapkan tempat penghadangan berlapis di ruas jalan dari Eputobi ke Lewolaga dan di ruas jalan dari Lewolaga ke Bokang. Menurut perhitungan mereka, jika incaran mereka itu dapat lolos dari satu tempat penghadangan, dia masih bisa dicegat di tempat penghadangan lainnya. Koordinasi di antara mereka dilakukan melalui handphone (hp) dan melalui pengendara sepeda motor yang ditugaskan sebagai kurir informasi antar-lini. Maka tak mengherankan bila ada dari anggota komplotan penjahat itu yang nonkrong di jalan simpang ke Kanada. Di situ ada sinyal telkomsel dari Lato. Ada pula yang nonkrong di Doronuro’ sambil minum tuak, karena di situ pun ada sinyal telkomsel. 

Tikungan sebelum Tobi Bele’eng dari arah barat ke timur merupakan tempat penghadangan utama. Salah satu anggota komplotan penjahat yang dipimpin oleh Mikhael Torangama Kelen itu menunggu di pertigaan Wairunu-Bokang. Satu lagi dari mereka sempat nonkrong di jalan simpang ke Gero’ong. Ada yang nonkrong di sebelah timur Tobi Bele’eng. Lalu ada yang menunggu dalam gelap malam di dekat jalan menuju pantai Keletakeng.

Untuk menjerat Yoakim Gresituli Ata Maran, Mikhael Torangama Kelen dan anggota-anggota komplotannya mengatur strategi yang cukup jitu. Setelah mengetahui apa yang terjadi di Bokang pada malam itu, mereka pun segera mengirim Petrus Naya Koten alias Pite Koten alias Pendek Pite untuk menjemput Yoakim Gresituli Ata Maran, tepat di pinggir selatan kampung Bokang. Pelibatan Petrus Naya Koten dalam proyek kriminal itu didasari pertimbangan kedekatan hubungannya dengan Yoakim Gresituli Ata Maran. Apalagi dari pagi hingga malam hari itu sepeda motor Petrus Naya Koten dipakai oleh Yoakim Gresituli Ata Maran. Dengan alasan mencari motor, Petrus Naya Koten pun diajak ke Bokang untuk memerankan tugasnya sesuai dengan skenario yang sudah dibuat oleh Mikhael Torangama Kelen dkk.

Menurut perhitungan mereka, jika Petrus Naya Koten yang pertama mencegat, maka Yoakim Gresituli Ata Maran mau berhenti. Akan sangat berisiko, jika orang lain yang pertama mencegatnya. Dan perhitungan itu ternyata berlaku. Maklum rencana pembunuhan itu sudah lama mereka rancang, dengan melibatkan orang-orang yang bersekolah tinggi. Rancangan finalnya dibuat di Koke Bale Lewowerang-Lewoingu pada hari Minggu siang, 29 Juli 2007. Pembunuhan itu dijadikan proyek, sehingga kalkulasinya menjadi kalkulasi bisnis. Maka tak mengherankan bila cukup banyak orang pun lalu begitu bergairah untuk terlibat dalam proyek kriminal itu. (Bersambung)