Jumat, 31 Juli 2009

Kebiadaban di Blou, Flores Timur

 

Dalam keadaan tak berdaya, Yoakim Gresituli Ata Maran diseret masuk ke arah utara, melalui jalan tanah di sebelah timur Tobi Bele’eng agar tidak terlihat oleh orang-orang yang melintas di jalan raya dengan kendaraan bermotor. Di sebelah kiri dan kanan jalan tanah itu tumbuh pula pohon-pohon lamatoro. Di situ dua orang anak muda dari Lewolaga pun berdiri untuk menyaksikan adegan brutal itu. Dari situ Yoakim Gresituli Ata Maran digiring ke pondok milik bapak Stanis Lewoema di Blou. Darah yang menetes dari kepalanya membasahi batu yang terletak di sebelah barat pondok itu.

Iblis yang telah menguasai para penjahat itu terus merangsang mereka untuk menganiaya lagi dan lagi Yoakim Gresituli Ata Maran hingga dia benar-benar sekarat, lalu tewas. Di pondok itu, dia mengalami siksaan amat sangat berat. Di situ korban yang sudah tak berdaya itu didudukkan di sebuah bangku kayu yang diletakkan merapat ke dinding timur pondok. Mukanya menghadap ke timur. Di bangku itu kedua tangannya diikat. Bekas ikatan di tangannya nampak jelas dalam foto yang dibuat dengan kamera ponsel oleh seorang anggota polisi.

Dalam keadaan tangan terikat, lidah dan langit-langit mulutnya disundut dengan api rokok. Mulut dan kepalanya dipukul dengan kayu hingga hancur. Bahkan alat kelaminnya pun dikerjai juga oleh para penjahat yang sangat brutal itu. Aksi-aksi brutal itu dilakukan terutama oleh Yoakim Tolek Kumanireng, Yohanes Kusi Kumanireng, Laurens Dalu Kumanireng, dan Anton Kumanireng. Pada malam itu, para penjahat yang sangat brutal itu sungguh-sungguh menghina Yoakim Gresituli Ata Maran. Dan jangan lupa, Mikhael Torangama Kelen dan Lambertus Lagawuyo Kumanireng pun hadir di pondok itu untuk mengatur berbagai cara untuk memperlakukan korban. Mereka juga mengatur cara untuk menghilangkan jejak kejahatan yang mereka lakukan bersama pada malam itu.

Di pondok itu Yoakim Gresituli Ata Maran akhirnya mengalami sekarat dan hanya menunggu waktu untuk menghembuskan nafasnya yang terakhir di dunia ini. Tubuhnya yang sudah tak berdaya itu kemudian diseret lalu diletakkan di dalam parit di bawah sebuah deker di sebuah bok halus di Blou. Jarak dari pondok ke deker tersebut 70 meter.

Setelah berhasil membuat Yoakim Gresituli Ata Maran sekarat, mereka melaporkan hasil kerja mereka pada malam itu ke Kupang. Selain itu mereka juga meminta petunjuk, khususnya tentang cara memperlakukan sepeda motor yang dipakai korban agar timbul kesan bahwa yang menyebabkan kematian Yoakim Gresituli Ata Maran adalah kecelakaan lalulintas. Setelah memperoleh petunjuk tentang cara memperlakukan dan memposisikan sepeda motor tersebut, mereka kembali berkumpul di pondok milik pak Stanis Lewoema itu. Pada malam itu sepeda motor Yamaha Jupiter milik Petrus Naya Koten itu tidak langsung diletakkan di samping tubuh Yoakim Gresituli Ata Maran yang sudah sekarat.

Setelah melakukan aksi-aksi brutal terhadap Yoakim Gresituli Ata Maran, Yoka Kumanireng bersama beberapa pria kepergok berdiri di pinggir jalan dekat pohon asam, tak jauh dari deker tersebut. Ketika berdiri di situ dia hanya mengenakan celana tanpa baju. Sosok Yoka Kumanireng tampak jelas oleh sorotan lampu sepeda motor yang melintas di ruas jalan itu. Pada malam itu Mikhael Torangama Kelen mengenakan celana pendek dan berbaju kaos.

Seluruh rangkaian pembunuhan Yoakim Gresituli Ata Maran pada Senin malam, 30 Juli 2007 berlangsung cukup cepat. Ketika malam belum larut, ada di antara pelaku kejahatan itu sudah muncul di kampung Eputobi dengan pakaian kotor dan lusuh, dengan kelewang dijepit di ketiaknya. Dengan tergopo-gopo dia turun dari sebuah sepeda motor, lalu terburu-buru dia masuk ke dalam sebuah rumah yang terletak di pinggir jalan raya. Tampilannya pada malam itu seperti orang yang baru selesai berantam.

Pada pukul 11.30 waktu setempat, seorang pelaku lainnya menggelar pesta arak dengan seorang temannya. Lalu mereka berkumpul dan begadang hingga pagi di rumah Mikhael Torangama Kelen. ***