Sabtu, 23 Mei 2009

Ceritera tentang perburuan dan penangkapan empat monyet nakal dan brutal

 

Sejak meletusnya peristiwa penghisapan darah oleh para kelelawar di malam itu, masyarakat manusia di kampung  Ibotupe di negeri Serolf Rumit memutuskan untuk melakukan perburuan besar-besaran terhadap monyet-monyet itu. Soalnya, selain semakin tak tahu diri, monyet-monyet itu pun semakin brutal. Monyet-monyet itulah yang menjelma menjadi kelelawar agar lebih mudah melakukan operasi penghisapan darah manusia. Kebrutalan mereka itu tak lagi dapat dimaafkan.

Mendengar kebrutalan para monyet itu panglima dari negeri tetangga, yaitu negeri Romit pun mengirim beberapa prajuritnya untuk membantu masyarakat Ibotupe. Bantuan itu sungguh diperlukan mengingat panglima dan raja negeri Serolf Rumit sendiri tak mau peduli dengan masalah yang dihadapi masyarakat Ibotupe. Memang raja dan panglima negeri Serolf Rumit yang sekarang ini setali tiga uang. Mereka tidak punya perhatian terhadap kepentingan-kepetingan rakyat biasa, apalagi yang tinggal di kampung-kampung. Bagi mereka, yang penting rakyat masih mau mengantar berbagai upeti bagi mereka.

Maka tak mengherankan bila kedatangan beberapa prajurit dari negeri tetangga itu disambut dengan hangat oleh masyarakat Ibotupe. Tetapi kehadiran mereka tidak disenangi oleh panglima dan raja Serolf Rumit. Meskipun demikian mereka tidak berani mengganggu misi yang diemban oleh prajurit-prajurit dari negeri tetangga itu. Soalnya, kekuatan tempur dari negeri tetangga itu jauh lebih besar ketimbang kekuatan tempur yang dimiliki oleh negeri Serolf Rumit. Mengganggu misi parajurit-prajuri dari negeri tetangga itu sama dengan mengundang bencana datang ke negeri Serolf Rumit. Begitu panglima dan raja Serolf Rumit berpikir. Apalagi sebagian prajurit dari negeri Serolf Rumit pun mendukung misi yang diemban oleh prajurit-prajurit dari negeri tetangga itu.

Setelah tiba di negeri Serolf Rumit, prajurit-prajurit dari negeri Romit tidak langsung lakukan perburuan. Mereka terlebih dahulu menjalin hubungan baik dengan masyarakat Ibotupe dan sejumlah prajurit setempat yang mendukung misi mereka. Kemudian bersama-sama mereka melakukan pengamatan atas segala macam perilaku dan kebiasaan-kebiasaan para monyet yang menghuni kampung Ibotupe itu. Setelah itu barulah mereka melakukan perburuan.

Karena sudah terlatih baik, dan karena sudah berpengalaman dalam berbagai medan tempur yang berat, prajurit-prajurit dari negeri tetangga itu dengan mudah menangkap empat monyet. Memang, sebelum ditangkap empat monyet itu pun berusaha berkelit. Tetapi upaya mereka sia-sia saja. Ikut ditangkap pada hari pertama perburuan adalah kepala gerombolan monyet, yang selama ini terkenal paling nakal dan paling brutal. Selain pandai mencuri harta benda milik manusia, kepala monyet itu pun sering berlaku brutal terhadap manusia.

Penangkapan itu terjadi di suatu sore hari di hadapan kerumunan monyet-monyet lainnya. Menyaksikan adegan penangkapan itu, ada beberapa monyet yang langsung menitikkan air mata, dan ada pula yang lari ke hutan untuk menyembunyikan diri. Yang ikut lari ke hutan adalah seekor monyet jantan dengan wajah berbulu panjang, yang juga terkenal nakal dan brutal juga. Baru kali ini monyet-monyet itu menunjukkan rasa takut mereka. Selama ini mereka menunjukkan diri sebagai hewan-hewan pemberani.

Setelah ditangkap, empat monyet itu dimasukkan dalam satu kerangkeng kecil. Di dalam kerangkeng itu mereka sering berdesak-desakan. Oleh prajurit-prajurit dari negeri tetangga, kerangkeng berisi empat monyet itu dititipkan di markas prajurit negeri Serolf Rumit. Mereka perlu dikerangkeng demi keamanan dan keselamatan hidup masyarakat Ibotupe.

Meskipun tidak terjadi perlawanan dari gerombolan mereka, penangkapan empat monyet itu sempat menimbulkan heboh di berbagai kalangan masyarakat di sekitar Ibotupe. Bagaimana tidak heboh. Selama ini mereka sudah capek dan resah menyaksikan ulah nakal dan brutal para monyet itu. Maka setelah mendengar bahwa akan terjadi penangkapan atas para monyet nakal dan brutal itu, banyak dari mereka pun menyempatkan diri untuk menyaksikan adegan penangkapan itu.

Penangkapan empat monyet itu sedikit melegakan hati para warga kampung Ibotupe, karena dengan demikian gangguan keamanan dan keselamatan diri mereka makin berkurang. Tetapi mereka masih perlu waspada dan berhati-hati, karena masih ada monyet-monyet yang juga nakal dan brutal yang masih berkeliaran di sekitar mereka. Apalagi yang masih berkeliaran itu pun sering mengancam. ***