Sabtu, 30 Mei 2009

Ceritera tentang pembuangan panglima negeri Serolf Rumit dan beberapa anak buahnya

Makin lama tampilan panglima negeri Serolf Rumit dan beberapa anak buahnya makin seram. Gara-gara keasyikan menerima upeti dari si Resekel, tubuh mereka pun semakin menyerupai tubuh monyet dari hari ke hari. Perikemanusiaan pun semakin berkurang pada mereka. Perikemonyetan semakin jelas nampak pada perilaku mereka sehari-hari. Maka tak mengherankan bila mereka pun lebih banyak menghabiskan waktu dinas dengan bercengkerama dengan empat monyet yang sedang dikerangkeng itu. Mereka semakin tidak mampu bekerja sebagai prajurit. Karena itu di markas itu sendiri pun mulai timbul upaya-upaya untuk membuang panglima dan beberapa anak buahnya itu ke luar markas.

Berita tentang perubahan rupa panglima dan beberapa anak buahnya itu cepat beredar ke seluruh pelosok negeri, bahkan berita itu pun sampai juga ke negeri tetangga. Setelah mendengar berita itu raja negeri Serolf Rumit sempat menengok nasib malang yang menimpa panglimanya itu. Tetapi si raja pun tak bisa berbuat apa-apa. Setelah mengetahui penyebabnya, si raja merasa sangat ketakutan. Soalnya, si raja pun suka menerima dan memaksakan upeti-upeti dari berbagai sumber. Pada suatu malam, si raja Serolf Rumit bermimpi bahwa dirinya pun berubah rupa seperti yang terjadi pada panglima itu. Sejak malam itu, si raja Serolf Rumit jadi suka ngoceh sendiri. Kadang-kadang mulutnya berkomat-kamit tak karuan. Tangannya pun sering dipakai untuk menggaruk-garuk kepala sendiri dan kepala orang lain. Perilaku anehnya itu mengundang pertanyaan dari orang-orang di sekitarnya, "Ada apa dengan raja kita?" Tapi tak ada jawaban atas pertanyaan itu.

Sementara itu nasib panglima negeri Serolf Rumit dan beberapa anak buahnya makin mengenaskan. Kutukan dewa langit memaksa mereka untuk berevolusi menjadi monyet. Sudah banyak dukun dan orang pintar yang didatangkan dari berbagai penjuru negeri untuk mengembalikan si panglima dan beberapa prajurit bawahannya itu ke sosok manusia, seperti halnya manusia lainnya. Tetapi upaya-upaya tersebut sia-sia saja. Karena itu tiba waktunya bagi panglima tertinggi yang membawahi negeri Serolf Rumit untuk menjatuhkan keputusannya. Tanpa ragu-ragu sang palingma tertinggi memutuskan untuk membuang panglima negeri Serolf Rumit dan beberapa anak buahnya yang sudah berevolusi menjadi monyet itu ke suatu pulau terpencil. Untuk itu beberapa kapal perang dan sejumlah prajurit pun disiapkan. Segala perlengkapan yang diperlukan dan perbekalan pun disiapkan. Perjalanan ke pulau terpencil itu memakan waktu satu hari satu malam, dan penuh bahaya.

Ketika hari keberangkatan ke pulau itu tiba barulah diketahui bahwa yang berevolusi menjadi monyet bukan hanya panglima dan beberapa prajurit bawahannya, tetapi juga anggota-anggota keluarga mereka masing-masing. Karena itu setiap anggota keluarga mereka pun ikut diangkut ke pulau itu. Melihat itu beberapa prajurit hanya bisa geleng-geleng kepala. Sedangkan seorang prajurit lainnya langsung menasihati rekan-rekannya begini, "Makanya jangan ikut makan uang yang tak halal. Kita perlu menjaga martabat luhur kita sebagai manusia."

Di tengah terpaan hujan badai, beberapa kapal perang dari negeri Serolf Rumit berlayar menuju pulau terpencil dimaksud. Setelah satu hari satu malam berlayar, mereka akhirnya tiba di pulau termaksud. Sebelum menurunkan mantan panglima negeri Serolf Rumit dan beberapa anak buahnya serta anggota-anggota keluarga masing-masing, beberapa prajurit paling jago diturunkan untuk mengamati keadaan di pulau itu. Luas pulau itu 2000 m persegi. Tidak ada manusia yang menghuni pulau itu. Sebagian besar penduduk pulau itu terdiri dari monyet. Selain itu terdapat juga sejumlah ular kobra, kelelawar, tikus, dan beberapa jenis burung.

Berdasarkan pengamatan lapangan dapat disimpulkan bahwa pulau terpencil itu merupakan tempat yang cocok bagi orang-orang yang sudah berevolusi menjadi monyet itu. Karena itu tanpa ragu-ragu, komandan perjalanan pun memerintahkan prajurit-prajurit yang ada untuk segera menurunkan para monyet baru itu ke tempat tinggal mereka yang baru. Setelah misi dianggap sudah berhasil dijalankan kapal-kapal perang itu pun kembali ke markas mereka di negeri Serolf Rumit.

Setelah berada kembali di markas, komandan perjalanan melaporkan kepada panglima yang baru bahwa misi pembuangan itu sudah berhasil dijalankan. Komandan dan prajurit-prajurit yang menjalankan misi itu tidak meminta imbalan apa pun dari panglima mereka yang baru. ***