Minggu, 05 September 2010

Ceritera tentang Anjing yang Memakai Sandal

 

Salah satu kabar terbaru dari kampung Eputobi menyebutkan bahwa belakangan ini ditemukan seekor anjing yang memakai sandal alias sendal. Anjing yang memakai sendal itu beroperasi pada malam hari. Ceritera itu sempat membuat saya bertanya-tanya, “Kok ada anjing yang memakai sendal?” Tetapi rasa heran saya segera sirna setelah saya ingat bahwa sejak beberapa tahun lalu di kampung Eputobi sering berpatroli di malam hari seekor anjing hitam. Para pemerhati fenomena tersebut pernah berceritera kepada saya bahwa pernah ditemukan dua anjing hitam. Tetapi yang sering muncul adalah satu saja. Sejak tahun lalu, dalam beberapa kesempatan ditemukan dua anjing hitam.

Tanda kehadiran si anjing hitam adalah lolongan anjing-anjing lain yang saling bersahut-sahutan. Begitu si anjing hitam muncul, anjing-anjing piaraan yang ada di sekitarnya langsung melolong memecah kesunyian malam di kampung Eputobi. Dan ke mana si anjing hitam melangkah ke situ anjing-anjing lain pun mengarah. Kegiatan mereka sering diakhiri dengan gonggong mengonggong.

Saksi-saksi mata menuturkan bahwa sosok si anjing hitam lebih tinggi dan lebih besar dibandingkan dengan anjing-anjing piaraan setempat. Tonkrongannya berbeda dari tonkrongan anjing-anjing piaraan. Kalau anjing-anjing piaraan jelas pemiliknya, si anjing hitam tak jelas pemiliknya. Yang jelas si anjing hitam hanya muncul di malam hari. Sosoknya tak pernah tampak dalam terang sinar matahari. Pada malam hari si anjing hitam meronda sesuka hatinya. Rumah-rumah tertentu pernah dikunjunginya.

Setelah barang-barang bukti pembunuhan terhadap Yoakim Gresituli Ata Maran ditemukan dan disimpan untuk sementara di sebuah rumah di Eputobi, pada suatu malam si anjing hitam bertandang ke rumah tersebut. Dia sempat menampakkan sosoknya di pintu rumah itu. Si anjing hitam pun pernah bertamu ke rumah seseorang yang anaknya sedang menderita sakit. Pada suatu malam, di tahun 2008, si anjing hitam kepergok berada di sebuah rumah. Seorang anak gadis di rumah itu sempat nyaris bersenggolan dengan si anjing hitam. Kejadian itu membuat si anjing hitam tiba-tiba lenyap. Seketika itu juga muncul di hadapan anak gadis itu sosok seseorang yang terkenal sebagai salah seorang pengguna ilmu hitam di kampung Eputobi. Pada tahun 2004, orang itu pernah mengatakan kepada saya bahwa dia sudah bersih, dia tidak lagi menggunakan ilmu hitam. Pada waktu itu tampangnya kelihatan bersih dan segar. Tetapi setelah itu dia rupanya kembali tergoda untuk mengandalkan kekuatan setan. Belakangan ini tampangnya kelihatan kumal seperti orang yang jarang mandi. Tubuhnya menjadi kurus kering, dan tidak lagi menampakkan kesegaran.

Para pengamat fenomena penggunaan ilmu setan di kampung Eputobi mengetahui bahwa si pengguna ilmu hitam yang satu itu memiliki kemampuan untuk berubah rupa. Dia bisa berubah menjadi kucing atau anjing. Seorang mantan praktisi ilmu hitam pernah menjelaskan kepada saya bahwa kalau dia bisa berubah menjadi sosok binatang tertentu, itu berarti dia memiliki ilmu yang cukup tinggi. Karena, untuk bisa berubah rupa diperlukan energi yang besar. Ketika masih aktif sebagai praktisi ilmu hitam, narasumber saya itu berada pada 70 (tujuh puluh). Level tertinggi yang boleh ditempati oleh seorang praktisi ilmu hitam adalah 99 (sembilan puluh sembilan). Jika ada yang nekad mencapai level 100 (seratus), maka dia menjadi gila.

Kemampuan berubah rupa itu rupanya disosialisasikan juga kepada pengguna ilmu hitam lain di kampung tersebut. Ya, sebagai sesama pengguna ilmu setan, mereka saling belajar mengasah dan meningkatkan kemampuan. Maka kemampuan itu pun dimiliki pula oleh rekan satu grup dari si pengguna ilmu hitam yang bersangkutan. Mereka berdua bisa berubah rupa menjadi dua anjing hitam. Selama beberapa tahun terakhir, kedua pengguna ilmu setan itu bersama rekan-rekan mereka menjalin kerja sama yang erat untuk melawan setiap upaya untuk mengungkap hingga tuntas kasus pembunuhan yang dilakukan oleh Mikhael Torangama Kelen dan anggota-anggota komplotannya.

Ketika Mikhael Torangama Kelen dan tiga anggota komplotannya dikurung di Polres Flores Timur, pada suatu malam si anjing hitam pernah memunculkan diri di Mapolres Flores Timur. Kehadirannya disaksikan oleh anggota-anggota polisi yang sedang bertugas pada malam itu. Kehadirannya pun langsung mengundang lolongan dari anjing-anjing piaraan yang ada di sekitarnya. Seorang anggota polisi berceritera bahwa sosok si anjing hitam berbeda dengan sosok anjing-anjing piaraan yang selama ini dikenalnya. Lalu ketika para penjahat Eputobi sibuk memperjuangkan SP3, muncul pula beberapa kali si anjing hitam dan rekannya di sebuah rumah di Larantuka. Seperti biasa, kehadirannya langsung mengundang lolongan dari anjing-anjing piaraan di sekitarnya.

Belakangan ini si anjing hitam tampil dengan gaya baru. Dia memakai sandal. Dengan memakai sandal, si pengguna ilmu setan yang bersangkutan mungkin ingin memperlihatkan kehebatannya kepada lawan-lawannya. Tetapi bagi para pengamat setempat, fenomena tersebut justru memperjelas sosok sesungguhnya di balik si anjing hitam. Dia adalah si pengguna ilmu setan yang sudah menyusahkan banyak orang di sana. Fenomena itu pun menunjukkan bahwa para pengguna ilmu setan di sana semakin leluasa beroperasi dan berkreasi. Mereka sering bergerilia di malam hari untuk mengganggu atau mencelakakan orang-orang yang menjadi target operasi mereka.

Hingga kini mereka juga masih coba bergerilia untuk menggunakan ilmu setan untuk menutupi perbuatan biadab yang dilakukan oleh Mikhael Torangama Kelen dan anggota-anggota komplotannya di Blou. Paling kurang satu orang dari empat tersangka kasus Blou terkenal sebagai pengguna ilmu setan. Dulu dia berguru pada seorang pemakai ilmu hitam yang sudah cukup lama menjadi almarhum. Bersama seorang rekannya seperguruan, dia pernah mengikuti program latihan terbang di malam hari. Dalam latihan terbang itu mereka tersangkut pada cabang sebatang pohon asam. Maklum, waktu itu mereka baru pemula.

Apa pun upaya mereka untuk menutupi kasus Blou, mereka tidak berhasil. Kejahatan yang ingin mereka tutup-tutupi itu sudah terbuka lebar sejak awal. Karena terlalu banyak mengerahkan energi untuk mencelakakan orang dan untuk menutupi kejahatan tersebut, mereka akhirnya mengalami keletihan fisik dan mental. Maka tak mengherankan bila di antara mereka pun ada yang belakangan ini mulai menunjukkan perilaku-perilaku aneh. ***